Bunga galgah dan palum, serta urusan sinetron dan ganja

Catatan ringan untuk mengisi mingse Anda. KBBI memang harus dinamis.

▒ Lama baca 2 menit

View this post on Instagram

A post shared by reyza (@bungareyzaa)

Inilah manfaat internet: banyak hal terekam di sana, dan jika suatu hal masuk ke dalam pelantar terbuka yang dapat diakses publik pasti banyak saksinya, dan mesin mencatat jejak sejak awal. Salah satu hasilnya adalah KBBI VI versi web menyerap galgah sebagai padanan palum, sekaligus lawan kata untuk haus. Pencetus lema galgah adalah penyanyi Bunga Reyza (23).

Dalam kasus galgah, Badan Bahasa Kemendikdasmen tanggap, tak menunggu lama sampai menjadi bahasa media berita melainkan merujuk tanggapan warganet di media sosial.

Di KBBI, galgah termasuk bahasa cakapan, informal, seperti halnya enggak dan abal-abal (dalam arti bermutu rendah, bukan kincir angin maupun penjahat kelas kakap) serta acakadul. Mungkin kelak galgah akan meningkat menjadi kata formal. Adapun palum diserap dari bahasa Batak Pakpak. Artinya sudah kenyang minum.

Obing Katubi, Kepala Pusat Riset Preversi Bahasa dan Sastra Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), kepada RRI pekan lalu menyatakan, “Para pekamus itu selalu berusaha mencari kesenjangan leksikal yang memang belum pernah ada sebelumnya.”

Hal itu dia katakan untuk mendukung Kepala Pusat Pengembangan dan Perlindungan Bahasa dan Sastra, Badan Bahasa Kemendikdasmen, Dora Amalia, yang bilang, “KBBI itu merangkum semua kata, jadi kata yang baku, tidak baku, ragam informal kita catatkan dalam KBBI.” (¬ RRI, Jumat 31/10/2025).

Tadi saya menyebut manfaat internet. Hal itu mengontraskan dengan masa pra-internet, dan lebih khusus lagi masa pra-media sosial. Arsip media cetak itu tak tersedia di banyak perpustakaan padahal media cetak mencatat perkembangan bahasa. Selain itu, radio dan televisi juga mengucapkan kata demi kata, tetapi mudahkah mencari arsip audio radio dan video TVRI?

Oh, ingat TVRI saya ingat sinetron (sinema elektronik?). Sejauh saya ingat, tetapi sangat bisa salah, pencetus kata sinetron adalah Arswendo Atmowiloto (1948–2019; lihat obituarium di blog ini), pada awal 1980-an, sepulangnya mengikuti program di Universitas Iowa, Amerika, tetapi sebelum mengggarap tabloid Monitor, dia menjadi pemerhati televisi. Untuk memastikan kapan pertama kali kata sinetron tertulis tentu harus mengaduk arsip Kompas.

Saya belum mencari tahu KBBI butuh berapa edisi untuk akhirnya memasukkan kata cakapan ini: memble, kece, japri, curhat, curcol, gabut, kudet, dan mager seperti yang terlihat dalam edisi VI.

Bahasa yang hidup adalah bahasa yang fungsional, dalam arti masih dituturkan secara lisan maupun tertulis, dan selalu bertumbuh menjadi kaya. Maka wajar jika kamus makin tebal karena penyusun kamus tak membuang kata-kata arkais bahkan yang sama sekali terlupakan.

Jika sebuah kata memiliki lebih dari satu arti, bisa saja yang dipahami masyarakat akhirnya hanya satu. Misalnya kata ganja. Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) dalam Alkitab Terjemahan Baru Edisi Kedua (2023) mengganti kata ganja dalam 1 Raja-raja 7:17 dari Terjemahan Baru (1974) menjadi “kepala tiang” dan “tiang”. Ganja dalam terjemahan 1974 itu meneruskan Terjemahan Lama (1879).

Dalam bahasa Jawa ganja (baca: gonjo) bisa berarti hulu keris. Adapun arti lain ganja, menurut Bausastra W.J.S. Poerwadarminta, adalah “sanggan ing pucuking pilar (saka)” — penyangga pucuk tiang. Adapun dalam Alkitab Bahasa Jawa (1981), ayat tersebut malah tak menyebutkan kata ganja, melainkan “sadhuwuré saka-saka” — di atasnya tiang-tiang.

Sedangkan dalam Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari (1986), yang kemudian berganti nama Bahasa Indonesia Masa Kini, kata ganja dalam ayat tadi disebut kepala tiang. Lebih simpel.

Alkitab Terjemahan Baru edisi ke-2 dan buklet penjelasan — Blogombal.com
Buklet Penjelasan Ringkas penyerta Alkitab Terjemahan Baru Edisi Kedua (2023), yang mencontohkan kata ganja dalam sebuah ayat Perjanjian Lama.

Lha apa hubungan ganja kitab suci dengan galgah? Kamus makin tebal karena tak mengenyahkan kata usang, namun di sisi lain penutur bahasa, termasuk penerjemah Alkitab dan kitab lain boleh mengganti kata yang dapat menimbulkan salah paham.

Sekian. Tabik. Salam mingse untuk hari ini hingga awal besok. Apa itu? Peralihan dari Minggu ke Senin, menurut Neng Bunga — saya memulai menulis ini di ponsel sebelum hari berganti ke Ahad. Kata mingse pula yang dia dambakan akan diangkut oleh KBBI.

2 Comments

mpokb Selasa 4 November 2025 ~ 23.14 Reply

Wah, baru tahu “galgah”.. tapi di KBBI barusan saya cek nggak ada penanda “cak”, Bang Paman.

Pemilik Blog Selasa 4 November 2025 ~ 23.21 Reply

Oh berarti sudah resmi. Bisa dipakai para penerjemah subtitles. Dulu kata bersulang dalam subtitles juga dianggap aneh 😇

Tinggalkan Balasan