
Mungkin untuk humor dan meledek, namun istilah chi-fi baru saya ketahui dari Headphonesty. Lebih dari sekali media itu menulis artikel dengan menyebut Chi-Fi — ya, dengan C dan F kapital. Apakah itu? Produk audio dari Cina yang kini mulai meraja. Di Indonesia, sepiker Edifier dan Microlab banyak dijual. Penguat suara SMSL, Nobsound, Fiio, Fosi, Topping, Douk, Cayin, Sabaj, dan seterusnya.
Itu semua contoh produk Cina, dengan merek dari sana. Artinya bukan produk audio Eropa dan Amerika, juga Jepang, yang dirakit di Cina. Chi-fi atau Chi-Fi, atau malah chi-fi sebagai China fidelity, jelas memelesetkan kata hi-fi, singkatan high fidelity, sebuah batasan kualitatif untuk reproduksi suara. Tak semua perangkat elektronik untuk audio bisa berkelas hi-fi. KBBI menyerapnya sebagai hifi, dibaca apa adanya.

Di Indonesia Kompas Gramedia pernah menerbitkan majalah What Hi-Fi, dengan lisensi dari Inggris. Pemrednya seorang pemusik, yakni Darma “Masmo” Sudirman. Saya tak tahu apakah kini situs whathifi.id ada hubungannya dengan yang di Inggris. Toko audio di Glodok yang menjual produk terpujikan oleh What Hi-Fi menyematkan logo itu dalam etalase di lokapasar.
![]()
Saya tak membahas audio, dunia yang tak saya pahami. Saya berbagi cerita soal bahasa. Begitu kuatnya sebutan hi-fi sehingga kemudian ada Wi-Fi, singkatan wireless fidelity. Wi-Fi ditulis kapital karena merupakan jenama berpaten, serupa dengan penulisan Bluetooth dengan B kapital. Saya akui, saya kadang tak tertib, menulis dengan huruf kecil: wi-fi.
Lalu setelah hai-fai, wai-fai, dan kemudian cai-fai, ada cerita apa lagi? Yang baru teringat adalah istilah yang kini dianggap usang, padahal media di Indonesia pernah mengadopsi, yakni yuppies.
Yuppie adalah istilah Amerika 1970–1980-an, sebagai akronim untuk young urban profesional. Kelompok ini terdidik, makmur, dan gaya hidupnya mentereng. Indonesia dengan cepat menyerapya dalam bahasa pemasaran: profesional muda. Radio dan media cetak menyukai kata itu. Lalu muncul pengganti: eksekutif muda atau eksmud, bukan es kelapa muda.
Dari mana sebutan yuppies? Kata itu merujuk hippies, namun kedua dunia itu berbeda masa dan gaya hidup. Di Indonesia dulu, akhir 1960-an–awal 1970-an, karena keterbatasan informasi, hippies lebih dilihat sebagai orang gondrong acak-acakan. Padahal saat itu gondrong dilarang di mana-mana. Maka pemuda yang bisa gondrong dianggap keren.
Waktu saya masih bocah melihat seorang turis bule gondrong, bercelana panjang kolor seperti belacu, berkaus rumbai robek, dengan kalung manik-manik, membawa karung goni, bersandal jepit, pokoknya seperti gembel, di Malioboro, Yogyakarta. Kakak saya membisiki saya, “Itu hippies.” Saya tak tahu benar apa tidak.
Pada 1980 Chrisye menyanyikan lagu karya Guruh Soekarnoputra, “To My Friends on Legian Beach”, dengan lirik oleh Sitor Situmorang. Lirik dibuka dengan I’m the hippie, the Afro wig…. Video di Vidio tertayangkan oleh akun resmi Musica.

