
Saya bertanya dalam judul karena tak paham urusan dapur. Memasak sedikit dan banyak itu lebih ekonomis memakai bumbu jadi yang siap pakai ataukah malah boros, saya juga tidak tahu.
Di sisi lain, saya membayangkan bumbu untuk MBG tak terlalu kompleks, karena tak ada rendang, gulai, opor, atau rawon, sehingga tak butuh banyak bahan. Begitukah? Anda yang paham seni perdapuran dapat lebih jernih melihat masalah.
Yang lebih penting tentu kualitas konten MBG dari sisi gizi maupun higiene. Sebetulnya MBG tak memerlukan susu ultraproses karena protein hewani tidak harus berupa susu. Bukankah sapi dewasa tak menyusu induknya? Eh, tapi mereka herbivor ding. Tetapi untuk manusia, ada yang intoleran terhadap susu, konon orang Asia Tenggara banyak yang begitu.
Ada yang tidak penting namun menjadi mahapenting adalah pejabat yang menyalahkan perut siswa yang keracunan MBG. Maksud saya, si pejabat itu tidak penting tetapi omongannya menjadi penting untuk sejarah nasional.
Bisa menjadi jauh lebih penting lagi kalau sampel makanan yang bikin penyantapnya sakit perut itu selain dikirim ke laboratorium untuk diperiksa juga dikirim ke pejabat yang bicara sembarangan untuk mereka makan sampai habis. Untuk apa? Uji perut dan untuk kita besar-besarkan kasusnya. Pasti mereka terharu dan bahagia tiada tepermanai.
