Hujan deras tengah malam, rasa syukur, dan proyeksi pengalaman ke anak

Hujan adalah bagian dari pendewasaan setiap anak manusia.

▒ Lama baca < 1 menit

Hujan deras tengah malam, rasa syukur, dan proyeksi pengalaman ke anak — Blogombal.com

Hujan deras malam ini sudah usai, tinggal sisa berupa garis air jatuh. Suhu 24° C. Kelembapan 96 persen. Tadi sebelum sampai sesudah pergantian hari dan tanggal, dari Sabtu 5 ke Ahad 6, hujan teramat lebat. Seruas talang teras miring ke depan, airnya tumpah. Pantulannya di atas daun lebar menjadi siraman tempias pembasah lantai.

Di luar masalah banjir, rasa syukur setiap orang adalah jika hujan atap rumah tak bocor. Setidaknya tiada tempias hujan membasahi rumah.

Setiap orang punya kenangan saat hujan, dari masa kecil hingga dewasa. Mungkin pahit, mungkin indah. Yang pasti sangat personal.

Aku bersyukur, saat TK, pernah diizinkan Ibu berhujan-hujan. Aku merayakannya dengan menghambur keluar ke halaman samping. Tahu-tahu blung blepp! Aku terperosok lubang galian sampah yang masih baru. Air menutupi seluruh halaman. Lubang tak terlihat. Aku lupa pagi sebelumnya ada orang upahan menggali jugangan.

Aku juga pernah, kelas lima SD, sepulang sekolah, menahan lapar dan kedinginan berteduh dari hujan deras di emper kantor DPU. Hujan tak kunjung tamat namun pakaianku telanjur basah. Untung tas kulit imitasi masih melindungi buku tulis dan pelajaran.

Sampai rumah pukul setengah tiga siang. Aku mandi, diolesi minyak kayu putih oleh Ibu, makan, lalu tidur bisa mengobati derita. Sepatuku hanya sepasang, harus dikeringkan dekat kompor minyak.

Saat dewasa, aku dan istriku yang hamil muda berteduh di emper toko tutup di Ciledug karena skuter pinjaman tak beratap. Hujan sangat deras dan lama. Kami menggigil kedinginan. Hari itu, libur, kami berencana melihat-lihat beberapa lokasi perumahan.

Setiap orang pernah mengalami hal tak terlupakan ketika berurusan dengan hujan. Orangtuaku juga. Simbah-simbahku juga. Tak semuanya aku ketahui, misalnya pernah mendapat cerita mungkin aku anggap biasa lalu lupa.

Anak-anaku saat SD juga punya pengalaman dengan hujan. Misalnya berangkat sekolah harus berjalan kaki memutar, naik ke kampung sebelah, lalu menuruni undakan yang curam dan licin, karena mobil antar jemput tak datang, sementara jalan ke pangkalan angkot dekat rumah terendam. Di ujung pertigaan setelah turunan ada angkot lewat.

Anak-anak lain juga punya pengalaman tak enak dengan hujan. Orangtua mereka mungkin juga seperti aku, tak meminta anak-anak tahu diri dalam menghadapi kesusahan tersebab hujan, karena yang kami alami dulu, rasanya, lebih buruk.

Kelak setelah menjadi orangtua, anak-anak itu mungkin juga akan begitu: tak memaksa anak-anaknya mengalami dan menghayati hal tak nyaman dalam hujan seperti bapak dan ibunya.

Hujan adalah bagian dari pendewasaan perjalanan hidup setiap anak manusia. Maaf, dalam tuturan ini aku mengabaikan banjir besar.

Hujan deras tengah malam, rasa syukur, dan proyeksi pengalaman ke anak — Blogombal.com

6 Comments

@sandalian Rabu 9 Juli 2025 ~ 10.20 Reply

Saya pernah pulang sekolah menembus hujan deras naik sepeda. Di tengah jalan saya melihat penjual es krim yang sedang berteduh, lalu saya beli.

Saya rasa itu es krim paling nikmat yang pernah saya ingat. Makan es krim sambil naik sepeda di bawah guyuran hujan masih agak deras.

Sekira 1 kilo kemudian, di tengah persawahan, saya berhenti untuk buang air kecil di pinggir jalan, masih di bawah guyuran hujan.

Salah satu momen yang paling saya ingat tentang hujan-hujanan :D

Pemilik Blog Rabu 9 Juli 2025 ~ 12.05 Reply

Nah, makan es krim saat hujan itu tepat. Untuk aklimatisasi. Saya dan Gembul pernah beli es krim 1/2 liter buat berdua, dini hari saat hujan, di Langsat. Eh apa seliter ya?

Wah enak tuh, pulang sekolah masih ada sisa sangu. Saya dulu tidak.

Ndik Minggu 6 Juli 2025 ~ 13.57 Reply

Ngalami hujan2an terakhir ya 2 hari Lalu, Pagi yg terang benderang iseng pake brompit tergantikan dengan udan deres pol, waktu istirahat yg sebentar, urgensi ngelih pol Dan lokasi yg jauh Dari civilization memaksa udan2an, santai saja, cah lanang, kebes itu bisa kering dengan sop daging panas Dan teh Sepet panas

Pemilik Blog Minggu 6 Juli 2025 ~ 14.56 Reply

Habis kehujanan, minum sop daging dan teh panas sepet itu sip.

Apa? Minum?
Kata teman saya, dosen DKV, apa pun yang berkuah banyak dan bening itu diminum, bukan dimakan

Rudy Minggu 6 Juli 2025 ~ 07.40 Reply

Waktu kecil, saya diizinkan (kadang malah disuruh) oleh bapak dan ibu untuk berhujan-hujanan, sesudahnya disuruh mandi lalu diluluri minyak kayu putih dan diberi teh hangat.

Pemilik Blog Minggu 6 Juli 2025 ~ 11.04 Reply

Ternyata itu ikut memperkuat kekebalan kita

Tinggalkan Balasan