Anjang-anjang yang terlihat setelah enam bulan tak lewat

Saya bukanlah pengamat jeli pada dunia sekitar saya. Hanya pas kebetulan saja saya memperhatikan sesuatu ketika berjalan, lalu memotretnya kalau sempat dan niat, sambil memikirkan apa yang saya jepret, kemudian sambil berjalan terus melanjutkan lamunan, sampai kemudian pikiran berbelok entah ke mana.

Tatkala melewati sebuah spot yang sudah setengah tahun saya hindari karena alasan personal yang nanti saya ceritakan, saya melihat anjang-anjang tanaman merambat.

Saya menduga itu tanaman labu siam, namun tak terlihat bakal buah maupun sulur untir-untir. Tanaman anggur juga bukan. Hasil identifikasi sementara berdasarkan AI, itu adalah melon tikus atau cucamelon (Melothria scabra) — lihat Mongabay Indonesia. Bisa jadi tebakan AI itu salah.

Tulisan ini bukan perbincangan botanis, apalagi SMA saya di IPS. Saya hanya mengulang trek lagu dalam blog ini: berjalan, mengamati sesuatu, lalu berpikir sejenak, adalah bagian dari merawat pikiran dan kesadaran.

Dengan menuliskannya, hal itu bagus untuk memperlambat laju amnesia dan demensia. Tak semua hidup saya untuk layar digital, namun semua yang terindrakan saling melengkapi dengan informasi dalam ponsel.

Tanpa tertarik anjang-anjang baru entah milik siapa itu, mungkin kesadaran dan kepedulian saya berkurang, apalagi jika naik mobil dan orang lain yang menyetir namun saya tenggelam dalam keasyikan berponsel.

Setelah melihat anjang-anjang itu, satu kata yang sekian lama mengendap dalam benak pun muncul: tali rami. Lalu benak saya pun sempat berpikir bagaimana industri rami saat ini?

Kadang saat duduk mengisi blog wagu ini, tanpa terkendali saya mencari informasi daring, berjalan zing-zag bersama memori seputar rami. Tetapi kali ini tidak. Saya hanya ingat pernah membeli tote bag dan ransel jute di Singapura dan Adelaide, Australia, yang diimpor dari India.

Apa yang saya ceritakan barusan tentu tak penting bagi orang lain, yakni Anda, namun bagi saya penting. Banyak kawan sebaya, dari teman SMP hingga kuliah, yang makin pelupa. Harus ada stimuli dari orang lain untuk mengingat hal tertentu.