Sebagai sasaran bidik kamera, rumah kosong yang tak terawat ini menarik. Posisi rumah di pojokan, pas pengkolan, sehingga punya sebidang halaman samping. Nah, halaman itu dipenuhi semak perdu hingga memepet tembok. Lebat nian. Setinggi bibir bawah jendela. Hijau segar. Ada yang berbunga.
Sebelum menjadi kaveling belukar, seingat saya di lahan itu juga ada kayu, bata, dan lainnya.
Rumah kosong di mana pun menghadapi dua masalah. Pertama, karena tak ada yang menempati maka tak terawat. Kerusakan kecil, misalnya atap bocor dan kusen diserbu rayap, tak segera teratasi.
Kedua: area luar rumah segera terisi rumput liar bahkan semak rimbun, bisa menjadi rumah ular, kalajengking, kelabang, dan lainnya.
Di area saya ada rumah lain yang mangkrak, yang belum selesai dibangun. Tempo hari warga harus mengontak damkar untuk menangkap piton hampir tiga meter. Misalnya itu ular yang lebih kecil dan pendek namun berbisa tentu membahayakan tetangga.
Ada pula sebuah rumah di pojokan, dengan halaman lebih luas dari sebelahnya, yang sudah sepuluh tahun kosong. Namun tak ada belukar di sana. Rumah sebelah rajin memanggil tukang untuk membersihkan halaman agar tak menjadi sarang ular. Si pemilik yang tinggal di Jakarta tak pernah menengok rumahnya.
Empat bulan lalu rumah itu terjual. Si pemilik menengok sebentar, setelah itu pergi. Dia tak bertanya kenapa halaman bisa bersih terus. Sonder tengkyu.
Tetangganya, sang suami dari sepasang pasutri sepuh, yang rajin membersihkan halaman dan sisi luar pagar, bilang kepada saya, “Biar aja, Oom. Yang penting selama rumah itu kosong nggak ada ular.”
3 Comments
Yang berbunga ungu itu “buah”-nya yang kering menarik untuk mainan, dilempar ke air nanti akan pecah dengan suara letusan kecil.
Dulu, kadang usil mengambil buahnya lalu diemut sebentar (agar basah) kemudian diselipkan di rambut teman agar kaget dengan letusannya.
Oh apa namanya ya?
Akan saya cari
Oh kencana ungu liar. Ruellia tuberosa. Lain kali akan saya tulis