Judul dan foto di halaman regional Kompas hari ini (Rabu, 2/7/2025) menarik dan kuat. Saling mendukung. Namun sebagai peristiwa banjir di Kendari, Sultra, sungguh mengesalkan bahkan menyakitkan bagi warga sana. Juga bagi wilayah lain Indonesia yang kebanjiran.
Kapsi foto:
Kompleks perumahan baru yang belum tuntas dibangun tergenang banjir setinggi lebih dari 1 meter di sekitar Kali Wanggu, Kelurahan Lepo-lepo, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, Senin (30/6/2025). Kawasan langganan banjir ini kian sesak karena perumahan baru terus bermunculan.
Ini bukan soal bangunan liar di bantaran sungai. Dalam kasus Kendari, di kawasan rawan banjir kenapa pengembang diizinkan membangun kompleks perumahan?
Kompas juga mewawancarai Syamsuddin Attas (64), warga Lepo-lepo, yang telah menetap puluhan tahun di kawasan itu. Sempadan Kali Wanggu memang rutin meluap saat musim hujan tiba. Dia dan keluarga dapat beradaptasi dengan kondisi ini. Namun pertumbuhan perumahan tak terkendali.
Tinggi Syamsudin sekitar 170 cm, “Yang kita khawatirkan kalau terjadi banjir besar seperti 2013. Di lantai dua rumah saya ini, airnya sampai pundak.”
Masalah banjir terjadi di banyak tempat di Indonesia. Lalu apa kerja para-para kepala daerah dalam menata wilayah, dan apa pula kerja DPRD dalam mengawasi pemda? Apa pula arti kampanye untuk dipilih?
Jawaban pengelak kepala daerah paling jitu, “Izin diberikan sebelum periode saya.” Jawaban anggota DPRD sama. Jawaban para-para bekas kepala daerah pun seragam, “Ah, sudahlah, jangan ungkit masa lalu. Bukankah DPRD menerima pertanggungjawaban saya?”
Paling repot memang jadi rakyat. Bekas kepala daerah dan anggota DPRD setelah pensiun juga merasa jadi rakyat biasa, namun tak mungkin menyalahkan kebijakan selama mereka menjabat.
Nasihat bijaksini mereka, “Yang sudah ya sudah. Lebih penting kita bersama memperbaiki keadaan, tanpa saling menyalahkan. Kami dulu bukan mengangkat diri tapi dipilih rakyat, kan?” Namun tak ada yang dikerjakan untuk memperbaiki keadaan.
Hidup Indonesia Cemas 2045!
2 Comments
Ada 2 point yg perlu diperhatikan; bencana hidrometeorologi, Dan planologi plus ilmu sekitarnya. Semuanya ada buah tangan manusia Dan yg harus digaris bawahi: tidak Serta merta ujug2. Tak perlulah kit mikirke 2 point itu, cakupannya terlalu Luas untuk menjadi under influence Kita kecuali njenengan pejabat tertinggi setempat, Dan punya waktu untuk ngajari ilmu2 tersebut diatas ke bawahan anda yg Dari Lulus sekolah membakar waktunya untuk berkutat di desk yg biasanya tidak korelatif dengan multi ilmu tsb bahkan Dalam tataran praktis sekalipun
Kita lihat Dari sudut pandang user Dan calon user. Untuk user kemaki atau rodo pinter; user menang milih, sedangkan untuk user kepepet; Kita harus berdamai dengan Alam. Untunglah problem seperti Ini Adalah problem klasik bikinan manusia, Jadi untuk kesusahan tersebut, anda tidak perlu mendemo tuhan. Tunggu saja nanti akan ada yg datang Dan memperjuangkan kesusahan anda.
dan Bumi berputar seperti biasanya hahaha
Hahaha 😅😂🫣