Saya tidak paham seni bina, bahasa Malaysia untuk arsitektur. Namun tadi sore dalam mendung berat saya memperhatikan gedung yang terhitung baru itu. Gedung milik pemerintah yang diresmikan pada 2023 itu untuk pelayanan kesehatan. Ada hal yang membuat saya heran, yakni outdoor unit AC pating ceranthèl, bergelantungan di tembok luar.
Lubang untuk pipa buangan air AC pun terlihat sebagai hasil membobok tembok. Saya berpikir apakah ketika merancang bangunan tak memasukkan unsur AC akan dipasang di mana, atas nama estetika sekaligus kemudahan dalam perawatan?
Seorang tukang AC bercerita, bangunan rumah tinggal di kompleks baru maupun rumah baru yang dibangun di tengah permukiman lama umumnya sudah tanggap AC. Setidaknya lubang pipa dan stop kontak sudah disiapkan. Bahkan ada yang lokasi pemasangan outdoor unit-nya sudah ditetapkan.
Saya membayangkan, perancang gedung mestinya sudah memperhitungkan pelibatan AC split maupun AC sentral, yang tentu saja berakibat pada biaya.
Gedung tanpa lubang ventilasi pasti akan memakai AC. Pemilihan kaca jendela pun harus tepat, kalau bohir ada duit bisa pakai kaca rangkap yang celahnya diisi gas argon sehingga mengurangi paparan panas.
Satu lagi yang membuat saya heran: genset ditaruh di pelataran depan gedung, dan tampak sebagai tambahan. Artinya, dalam prasangka saya, genset itu tak masuk dalam perancangan.
Apakah tidak lebih enak kalau lokasi genset sudah dirancang, bahwa soal keterisian barang setelah gedung diresmikan, hal itu bisa dijadwalkan sesuai perencanaan anggaran. Begitu pun dengan instalasi perkabelan.
Namanya juga gedung pemerintah, dalam pengandaian saya semuanya sudah dirancang dan dianggarkan. Eh, mungkin pikiran saya yang berlebihan dalam arti ngaco. Saya bukan anemer, juga bukan ASN di situ, kenapa juga saya pikirkan.
Atau mungkin kalau sejak awal membuat rancangan gedung ber-AC, yang penempatannya tertata, malah akan ditolak saat mengusulkan proyek? Akan lebih aman jika mengusulkan gedung biasa dulu, kemudian mengusulkan AC, genset, dan tambah daya.