Buku batik memanjang

Siapa saja kini yang masih menggunakan buku macam ini?

▒ Lama baca < 1 menit

Buku tulis tebal, langsing, bersampul batik — Blogombal.com

Manakah sebutan yang tepat untuk buku tulis ini: memanjang atau meninggi? Dalam bahasa yang mudah: buku yang panjang atau yang tinggi?

Saya teringat humor zaman Orde Baru tentang Menristek B.J. Habibie mengunjungi sebuah SD di Madura. Pak Menteri menyuruh murid mengukur ketinggian tiang bendera. Seorang anak segera memanjat tiang sambil mengira-ngira rentang yang dia panjat.

Habibie menegur, bukan begitu cara mengukur ketinggian tiang, lebih tepat jika tiang direbahkan. Si anak menjawab, “Bapak, kalau tiang ditidurkan, itu namanya mengukur panjangnya, bukan tingginya.”

Buku tulis tebal, langsing, bersampul batik — Blogombal.com

Nah, tadi malam di sebuah teras saya mendapati buku tulis tebal bersampul batik. Kita abaikan saja soal buku panjang atau buku tinggi. Lama saya tak menjumpai buku tebal langsing macam ini. Kalau yang seukuran buku tulis sekolah, dengan sampul batik maupun lainnya, saya beberapa kali bersua.

Dulu sebelum ada motif batik untuk melapisi hard cover, dekorasi yang dipakai adalah blirik, mirip susunan batu pada rumah tinggal. Dekorasi batu biasanya setinggi bagian bawah dari jendela.

Seingat saya, dulu orang yang membawa buku tebal langsing ini adalah kurir bersepeda, tepatnya pengantar surat. Tanda terima surat antaran ada dalam buku yang sudah berisi kolom yang dibikin sendiri. Penerima tinggal menuliskan nama dan tanda tangan atau paraf.

Waktu kecil saya sering mengisi buku macam ini untuk surat yang ditujukan kepada bapak saya. Surat itu kadang dari tempat kerja Bapak — aneh juga kenapa tak diberikan di kantor, amplopnya berupa kertas stensilan bekas.

Ada juga surat beramplop sejenis dari lembaga kegerejaan dan yayasan ini itu. Intinya: ada penghematan amplop polos baru. Tak seperti penjual Aqua galon memanfaatkan amplop cokelat baru.

Buku tulis tebal, langsing, bersampul batik — Blogombal.com

Kini semua urusan kurir selesai dengan ponsel. Misalnya tanpa aplikasi administratif dengan kode QR maupun kode batang, bukti penyerahan cukup melalui foto oleh ponsel.

Lalu buku ini untuk apa? Mencatat ponten pemain kartu. Garis kolom dibuat dengan melipat kertas. Oh ya, dulu tukang kredit panci yang berkeliling dengan pikulan, yang disebut mindring (ada dalam KBBI), juga membawa buku langsing tebal.

4 Comments

Junianto Minggu 29 Juni 2025 ~ 22.56 Reply

Istri saya pakai tiao hari, untuk nyatet pembayaran gaji para karyawan di restonya. (Mereka minta digaji harian)

Saya nyatet untuk urusan lain, pengeluaran dan pemasukan resto tiap hari, tapi tidak pakai buku batik melainkan buku tulis “biasa”

Pemilik Blog Minggu 13 Juli 2025 ~ 18.29 Reply

Itulah manfaat catatan manual. Termasuk catatan rencana belanja.

@sandalian Sabtu 28 Juni 2025 ~ 23.14 Reply

Dulu kami menyebutnya “buku mindring” :D

Pemilik Blog Minggu 29 Juni 2025 ~ 00.47 Reply

Setelah mindring menepi, istilah buku mindring pun tersingkir

Tinggalkan Balasan