Makan minum dalam gelap

Dengan diterangi lilin belum tentu romantis. Tergantung suana hati.

▒ Lama baca < 1 menit

Mati lampu atau oglangan di Bakmi Jawa Nyuss Gambiran Jogja — Blogombal.com

Malam itu, selepas senja, masih hujan, pesanan belum dibikin, lampu kedai padam. Oglangan, kata wong Yoja lawas. Saya, istri, adik, dan ibu saya menunggu dalam gelap di kedai bakmi Jawa itu.

Lalu pramusaji datang, membawa lilin, dan menyalakannya. Karena lilin hanya satu-satunya penerang di meja kami, maka bagi saya tidak nyaman, bahkan setelah minuman dan makanan datang.

Mati lampu atau oglangan di Bakmi Jawa Nyuss Gambiran Jogja — Blogombal.com

Candle light dinner bisa nyaman karena tata cahaya ruang disiapkan untuk itu, lilin bukanlah sumber tunggal cahaya. Kalau angkringan atau wedangan pralistrik? Sejak dari rumah kita sudah siap. Maka kita anggap warung itu gayeng, eksotis.

Yah, semuanya tergantung suasana hati dan kesiapan kita. Masalahnya kita sering tak tahu kapankah betul-betul siap dengan perubahan situasi. Tak hanya dalam urusan mengudap, karena saya pernah datang ke sebuah sekolah untuk presentasi tetapi listrik padam. Paling tidak enak, orang lagi punya gawe pesta pernikahan di rumah lalu listrik padam, malam pula.

Mati lampu atau oglangan di Bakmi Jawa Nyuss Gambiran Jogja — Blogombal.com
MENYALA | Setelah listrik hidup lagi, gambar menjadi kurang artistik. Tapi mati lampu itu tak nyaman.

Tinggalkan Balasan