Pagi tadi saya cek prakiraan cuaca. Aman, tidak hujan. Saya heran selama Mei ini hampir setiap hari hujan. Bahkan beberapa kali amat deras. Apakah pola cuaca sudah berubah, karena mestinya Mei sudah menapaki awal kemarau? Kalau hanya mendung tanpa hujan, itu tamsil dalam lagu Ndarboy — saya suka yang versi orkestral.
Banyak berita mengatakan iklim dan cuaca sudah berubah. Saya tak paham meteorologi, metrologi, klimatologi dan geofisika. Namun kadang saya membatin, apalagi dahulu kala entah abad kapan, tak pernah ada anomali cuaca?
Memang, pertanyaan saya menggampangkan masalah, mengabaikan informasi iklim global, karbon, es kutub mencair, dan semua isu lingkungan.
Dari sebuah buku lama karya N. Daldjoeni (1983, lihat gambar pertama), tentang pranata mangsa (= tata musim), atau kawruh sistem kalender Jawa berdasarkan musim tanam dan lainnya, berlandaskan iklim, saya membatin apakah pedoman di dalamnya semuanya masih layak rujuk?
Di dalam pranata mangsa pelbagai aspek kehidupan mendapatkan pedoman. Setiap mangsa atau musim memiliki watak, masuk ke primbon. Misalnya siklus sosio-ekonomi petani. Ada pantangan pindah rumah saat mangsa katelu (ketiga, September) karena pasutri mudah cekcok, rumah mudah terbakar karena musim kering, lagi pula musim kering yang disertai paceklik biasanya mendorong maling beraksi.
Terlalu menjelimet jika hal menarik dalam buku tipis Proyek Javanologi Depdikbud saya kutip di sini. Memang beberapa istilah Jawa ada padanannya bahasa Inggris, namun hal itu terlalu teknis. Naskah ini melengkapi makalah astronom Bambang Hidayat, saat itu Direktur Observatorium Bosscha, Lembang, Bandung, untuk seminar internasional di India, pada 1980-an.

Kini setelah banyak informasi tersaji secara daring, dapat diakses melalui ponsel, termasuk di antaranya primbon, masih banyakkah petani Jawa yang menempelkan poster pranata mangsa di dinding?
Pada medio 1980-an, seorang mahasiswa ilmu komunikasi UGM asal Wonogiri membahas kalender pranata mangsa untuk skripsi, dengan rujukan antara lain buku ini. Kini dia profesor ilmu komunikasi di Universitas Negeri Yogyakarta.