Hari ini Anda nonton TV apa?

Pengikis bisnis stasiun TV adalah pesawat televisi yang jadi monitor.

▒ Lama baca 2 menit

Jadwal acara TV di koran Kompas — Blogombal.com

Pagi ini saya tak tahu manakah yang ironi dan manakah yang parodoks atau mungkin malah bukan semuanya. Titik tolaknya adalah hal yang sering saya lihat di koran Kompas namun tak pernah saya baca. Apa? Jadwal acara TV, mencakup sepuluh stasiun.

Pada tahun 2016, Kompas memuat 15 stasiun. Namun pada 2021, koran tersebut pernah memuat empat stasiun, sonder Kompas TV. Tahun yang sama juga ada yang empat stasiun, karena didesak TTS Acak Kata.

Kembali ke jadwal TV hari ini (Selasa, 20/5/2025), karena jarang menonton televisi, ditambah faktor usia, dari sepuluh stasiun tersebut saya tak hafal nama semuanya. Di rumah, saya kagok mengoperasikan remote controller, apalagi ada TV kabel dan layanan streaming.

Perihal kekagokan tadi, kombinasi manis yakni faktor U dan gaptek memang hidup rukun, adalah ejekan untuk melatih tawakal, tahu diri, dan solidaritas karena banyak yang senasib.

Saat ini TV saya, yang berusia sebelas tahun, rusak pikselnya, dan akhirnya kakinya patah, namun bagi saya bukan masalah. TV sehat maupun sakit tetap tak mengacuhkan saya, begitu pun sebaliknya.

Jadwal acara TV di koran Kompas — Blogombal.com

Melihat acara TV menghabiskan seperempat ruang halaman koran, maka pikiran saya pun ke mana-mana.

Pertama: apakah penerbit tidak rugi, mestinya kaveling tersebut bisa buat iklan atau artikel panduan konsumen dari bagian iklan? Tentu dengan catatan kalau ada yang mau beriklan karena kue belanja advertensi belok ke ranah digital. Kalau redaksi sih mungkin lega karena berkurang pekerjaannya.¹

Kedua: pembaca koran menyusut, bahkan banyak koran yang sudah bercerai dari percetakan. Padahal kata pers — itu dari bahasa Belanda, dalam bahasa Inggris adalah press — bertaut dengan cetak mencetak.² Masalahnya, dari seratus pembaca koran, termasuk e-paper, berapa orang yang masih menyimak jadwal acara TV?

Ketiga: setiap stasiun TV tentu punya acara terjadwal yang disebut program, namun saya berpikir apakah penonton peduli dan hafal jadwal di luar jam tayang acara favoritnya? Jangan-jangan menonton TV di rumah, kantor, kedai, ruang tunggu bengkel, dan apotek itu sama. Sesempatnya, seperlunya. Tanpa seingatnya. Dan itu pun sambil melihat layar ponsel. Siapa tahu dari yang sedang tertayang ada yang bisa dikomentari di media sosial, jika perlu dengan memotret layar.

Keempat: tayangan stasiun TV bisa kita lihat di YouTube dan layanan sejenis, maka konteks judul pos ini, soal nonton TV, adalah menonton layar pesawat televisi. Masalahnya, banyak dari kita sebenarnya hanya menyebut punya televisi, eh TV, dalam arti pesawat penerima siaran, padahal dalam praktik kita sadar sejak sebelum membeli bahwa yang kita miliki adalah monitor.³ Bisa tipi biasa, smart TV, Goggle TV, dan entah apa lagi. Isinya bisa apa saja, tidak harus dari stasiun TV.

Kelima: lalu apa masalahnya? PHK di stasiun TV terus terjadi. Jika merujuk tilikan keempat barusan, pengikis bisnis stasiun TV adalah pesawat televisi. Orang meninggalkan tontonan dari stasiun TV karena monitornya bisa memberikan hal di luar itu.

Itulah bedanya stasiun TV dan penerbit koran. Koran bangkrut karena pembaca ogah membeli dan membaca, kalau dulu beralih ke koran lain, tetapi sekarang karena hijrah ke medium lain.

Jika pesawat televisi hanya kita posisikan sebagai monitor, kita tak berpindah ke monitor lain. Ketika kita pindah ke ponsel, tayangannya masuk ke monitor.

¹ Pada masa jaya media cetak, koran Indonesia enggan membiarkan halaman yang sudah dipesan pengiklan kosong karena saat tenggat tak ada materi masuk. Akibatnya redaksi harus memperkaya isi. Hal ini berbeda dari koran luar negeri, misalnya di Singapura, yang dalam halaman kosong tersebut memasang teks kecil bahwa itu pagina iklan batal. Saya lupa apakah di sini The Jakarta Post pernah melakukannya.

² Tak usah menanya Dewan Pers kenapa hari ini masih namanya begitu, begitu juga nama asing lain di negeri lain, termasuk press club

³ Pada masa jaya televisi abad lalu, media cetak di Amerika yang tinggi tirasnya adalah TV Guide. Indonesia ingin punya media serupa, dimulai oleh yayasan milik TVRI, kemudian diteruskan oleh Arswendo Atmowiloto (Kompas Gramedia), nama majalah dan kemudian tabloid itu adalah Monitor

5 Comments

Ndik Selasa 20 Mei 2025 ~ 19.36 Reply

Terbiasa nggak nonton tipi Sejak jaman kuliah dikarenakan ngekos. jadwal tipi cenderung ngapusi Karena banyak yg template, di lain Sisi acara tipi selalu dinamis dengan berita yg aktual, misal ujug2 ada pagebluk apa, Atau bal Balan yg molor yg harus meniadakan acara terjadwal. Ini ndak Papa sebenarnya. Banyak jutaan manusia punya selera Dan mood yg berbeda2, menggeneralisir Ini biar bulls eye dicintai pemirsa juga nggak mudah, Kalau menggandalkan survey Dan rating, kira2 margin error hasil survey ya terlalu Mahal untuk digamblingkan, makanya kecenderungan Sak stasiun tipi Sak tema mungkin Lebih tepat, bikin tipi khusus wisata misalnya, nggak ada yg nggak suka piknik kecuali mereka yg hobi depresan, entahlah pola nuku jam tayang itu Masih ada nggak Om? Koran cenderung Aman Sementara orang2 tua Masih exsis, buat bacaan biar nggak nglangut, regenerasi minat Baca yg justru akan Jadi momok Utama ditunjang dengan journalistic yg berwujud corong penyiaran berasa semua orang yg diberitakan malaikat kabeh atau informasi acara baksos Dari entah siapa yg Kita tentunya Masa bodoh amat. Yes they kill themself in order to survive. Enjoy saja Ini evolusi, suatu saat pasti terjadi, mbiyen rikala jaman Semana mungkin juga terjadi tapi dengan morfologi yg berbeda

Pemilik Blog Rabu 21 Mei 2025 ~ 08.22 Reply

Hahaha.
Memang kian kompleks masalahnya media, yang kertas, yang layar, yang video, yang penyiaran.

Beli jam tayang TV saya duga nggak ada karena ada YouTube dan platform lain. Lebih terukur metriknya.

Dulu Setiawan Djody pernah beli jam tayang untuk Kantata Samsara lengkap dengan talk show dgn Kang Sobary

Junianto Selasa 20 Mei 2025 ~ 16.08 Reply

Tiap hari (termasuk hari ini) saya nonton televisi berbayar/Indihome, channel Hits (film2 lawas seperti serial CSI) dan AXN (film2 baru seperti serial FBI dan NCIS serta SWAT).

TV saya sudah berusia 11 atau 12 tahun, untunglah masih sehat….

Pemilik Blog Selasa 20 Mei 2025 ~ 16.18 Reply

Tapi gak ada jadwalnya di koran kan? 😂

Tinggalkan Balasan