Foto ilustrasi berita: Mungkin keniscayaan, mungkin kemewahan

Foto ilustrasi yang layak untuk cerita sering kali justru ada di medsos.

▒ Lama baca < 1 menit

Bus pariwisata memasuki jalan tol - Kompas — Blogombal.com

Foto ilustrasi untuk berita industri pariwisata ini biasa saja. Hanya menarik bagi pembaca yang suka iseng mengamati gambar. Misalnya tulisan pada kaca bus: “future coach” dan “trip so comfortable“.

Kapsi foto dalam koran Kompas Senin (19/5/2025) ini:

Bus pariwisata dari arah Yogyakarta bersiap memasuki Pintu Tol Klaten di Kecamatan Ngawen, Klaten, Jawa Tengah, Minggu (18/5/2025). Rombongan yang menginap di kota tempat wisata dapat menjadi penggerak industri sektor pariwisata.

Tak ada informasi lain, karena ini bukan foto tunggal untuk foto berita. Info yang menarik bagi saya adalah foto itu terbit hari Senin, hasil jepretan sehari sebelumnya, yakni Ahad.

Sebagai foto ilustrasi, foto ini aktual, timeliness-nya dekat. Bukan diambil dari arsip. Misalnya berupa arsip pun foto ilustrasi sebaiknya menyebutkan tempat dan waktu pemotretan.

Saya tak tahu foto bus tersebut inisiatif si jurnalis di daerah ataukah penugasan dari desk foto di Jakarta. Mencari lokasi untuk menangkap bus pariwisata tentu butuh kejelian. Dalam kasus ini gambar dihasilkan di gerbang masuk jalan tol.

Hal itu lebih mudah daripada pada pagi hari tenggat berkeliling kota mencari titik keberangkatan. Tetapi bagi pewarta foto gigih dan kreatif, semua tantangan harus ditaklukkan.

Pentingkah foto ilustrasi dengan aktualitas tinggi untuk warta yang bukan hard news atau breaking news? Ada redaksi yang menganggap penting dan ada yang tidak, disertai alasan pemaaf bahwa ruang di koran cetak itu terbatas. Baiklah.

Kalau di media berita daring? Umumnya CMS mensyaratkan gambar, baru bisa terbit, padahal berita harus segera tertayang — maka istilah yang tepat untuk media cetak dan daring adalah “menaikkan berita”, bukan “menurunkan berita” maupun “menurunkan laporan”.

Dalam ketergesaan, editor bisa asal sambar arsip medianya sendiri maupun arsip eksternal, termasuk dari bank foto freemium. Misalnya sudah dapat pun kapsinya cukup “Ilustrasi: bus pariwisata”. Pembaca juga tak menuntut lebih, bukan?

Fotografi kian mudah dan murah, namun bagi sebagian media terutama yang daring, foto berita ilustrasi aktual adalah suatu kemewahan. Apalagi foto tunggal untuk foto berita, bukan sebagai ilustrasi bagi tulisan.

Ironis jika banyak media berita daring tak menghasilkan foto jurnalistik yang bagus hasil karya sendiri. Jangankan yang bagus, foto ilustrasi tak menarik macam bus tadi pun tak semuanya ma(mp)u. Persoalannya adalah biaya dan hasil, antara lain trafik dan pendapatan dari iklan.

Lalu? Foto layak ilustrasi cerita yang lebih layak sering kali justru ada di media sosial, termasuk blog, karya si pemilik akun atau si narablog. Apalagi kalau memakai drone.

Rasa-rasanya jumlah media berita daring akan terseleksi.

2 Comments

Ndik Selasa 20 Mei 2025 ~ 20.03 Reply

Iya itu bisa Jadi tolok ukur bonafide tidaknya sebuah platform berita. Ini tak lain terkait dengan cost platform itu. Lebih menggelikan Kalau ambil berita Sak fotone Dari trit sosmed dan komentar2 pro-kontra atau Komen yg Ra Mutu lucu2an menjadi badan berita. Ini trend yg sekaligus bisa dipakai untuk mengukur (atau mengarahkan?) persepsi public. Kita nggak ada elemen control untuk Ini. Lucunya pasarnya jelas ada. Hari Ini Kita ada di cost free surveillance era.

Pemilik Blog Rabu 21 Mei 2025 ~ 08.23 Reply

Menarik. Sendakmutu apa pun media ada pasarnya 😂🙈

Tinggalkan Balasan