Saya tak membahas kuliner dari sisi cita rasa melainkan bahasa. Seingat saya, orang Jogja dulu menyebutnya tahu guling. Sedangkan orang Jateng utara, misalnya Semarang, menyebutnya tahu campur. Namun kini di Jogja sebutan yang lumrah adalah kupat tahu.
Adapun tahunya, ada yang digoreng dulu dalam ukuran agak besar baru kemudian dipotong kecil-kecil. Namun cara sebaiknya juga ada, tahu sudah dipotong dadu kecil-kecil baru digoreng.
Setahu saya, tolong Anda koreksi kalau salah, kupat tahu itu istilah orang Magelang dan sekitarnya. Apa pun sebutannya, selain unsur tahu dan lainnya, untuk pengganti nasi bisa berupa ketupat maupun lontong.
Setahu saya, dulu, penjual di seberang pabrik SGM (Sari Husada), Mujamuju (atau Timoho?), Yogyakarta, itu menyebut produknya tahu guling. Penjual keliling, biasanya dari Prambanan dan Klaten, dulu juga menyebut dagangannya tahu guling.
Ketika tahun 1990-an — tolong Anda koreksi jika saya salah — makin banyak penjual dari Magelang menjajakan dagangan di kota indekos Jogja, istilah kupat tahu lebih dikenal.
Benarkah dugaan saya? Bisa jadi salah. Namun di Instagram, warung Pak Budi menyebut diri Tahu Guling Pak Budi (kidul SGM) Jogjakarta. Meskipun demikian, spanduk warung menyebut diri kupat tahu. Di Google Maps juga kupat tahu, hanya saja tahun berdiri bukan 1957 melainkan 1975. Artinya, sebutan yang menang adalah kupat tahu.
8 Comments
Padahal nama tahu guling sudah bagus itu. Bikin orang daerah lain penasaran, kenapa pakai kata “guling” :D
Mungkin karena tahu dadu goreng, setelah dipotong, jadi menggembung seperti guling atau bantal.
Tapi warung yang kami datangi sekeluarga ini tak seenak dahulu kala.
Di Solo disebut tahu kupat atau tahu guling, setahu saya lebih orang yang menyebutnya tahu kupat.
Ya, akhirnya sebutan tahu kupat yang lebih diterima. Eh tahu kupat atau kupat tahu? 😂
Yang pasti berbeda dari acar tahu Solo.
Tahu acar, Paman, bukan acar tahu😁. Ada tersedia di kedai istri saya.
Eh Iya, tahu acar.
Sayang waktu saya terbatas, kesasar ke Solo sudah malam, dibawa adik saya lalu balik ke YK 🙏
Andai saat Paman ke Nala Gareng memberi tahu (bukan tempe) saya, pasti saya susul. Jaraknya cuma 5,4 km dari rumah saya, hanya perlu waktu 15 menit naik trail tua.
Nyuwun pangapunten, saya seperti terbawa, katut ke Sala, hujan pula, pulangnya juga 🙏