Senja masih gerimis, lorong berpasir di antara toko perlengkapan rumah tangga dan warung bakmi ini menampilkan sajian menarik bagi saya.
Memang, tempelan jendela dan pintu kayu lawasan sudah lumrah sepuluh tahun terakhir ini, untuk ruang dalam maupun fasad bangunan. Namun yang ini tampak berbeda karena terkesan ngasal.
Dari pendapa warung bakmi, saya mendapatkan sebuah komposisi visual, dibantu oleh latar depan pipa kotak untuk anjang-anjang tanaman hias. Entahlah dekorasi ini bersifat sementara ataukah sementahun.
Tembok putih memanjang itu belang di ruas tengah, berupa dinding semen polos sonder laburan. Sebagian besar bidang yang terekspose itu ditempeli pintu bekas pakai.
Bagi saya hal itu estetik. Bagi Anda mungkin tidak. Tak soal. Ini soal selera. Tetapi saya membayangkan guru seni rupa di SMA menugasi siswa memotreti apa saja dengan ponselnya untuk bahan diskusi komposisi. Rasa-rasanya sih akan menarik.
Boleh jadi akan mencuat perdebatan: sesuatu tampak indah karena keadaan awalnya, senyatanya, atau sebenarnya bagi mata tampak biasa, namun gara-gara dibekukan dengan fotografi maka akan tampak menarik, memperkaya pengalaman visual?