Sekelebat pandang ketika saya menengok arah suara yang tertampak adalah mural bentang kota, cityscape, yang sudah memudar.
Setelah terjedakan hal lain, kemudian saya menoleh lagi. Ternyata itu bukan mural gaya urban art atau street art. Itu bekas cat entah entah sebelumnya berisi tulisan atau gambar apalah. Tembok itu bagian dari sebuah kios.
Tentang ikon bentang kota dalam format vektor, versi gratis maupun berbayar, bertebaran di internet. Apalagi jika ada menara beton kita menganggapnya sebagai simbol modernitas.
Ibarat kata, mural bentang kota adalah lawan dari mural ala anak kecil berupa dua gunung dengan jalan menuju cakrawala. Kanan kiri jalan adalah sawah. Tetapi itu imajinasi anak generasi kapan? Anak kota atau anak desa yang belum banyak pabrik di areanya?
Apa yang saya lamunkan sambil mengantre lotis dan rujak serut untuk dibawa pulang mungkin berlebihan. Tetapi saya bersyukur masih punya keluangan untuk melamun dan kemudian menuliskannya.
Blog ini banyak memuat gambar, namun saya selalu nyinyir menambahkan kata dan kata. Artinya saya menganggap gambar saya gagal bercerita. Apa boleh buat.