Kamsi penasaran, kenapa Presiden Prabowo Subianto tak mengundang pemred tanpa majalah Tempo.
“Embuh. Coba tanya Bowo dan Tempo kenapa nggak ada Tempo di meja bundar itu,” jawab Kamso ogah-ogahan sambil menyisil edamame.
“Maksudnya nggak hadir itu bisa karena nggak diundang, atau bisa juga diundang tapi nggak datang, Mas?”
Kamso mengangguk.
“Nggak mungkin ada media diundang presiden kok nggak nongol, Mas. Padahal yang diundang itu selektif, kan?”
“Ya embuh, Jeng.”
“Kenapa Bowo dan Jokowi dulu nggak suka Tempo?”
“Mulyono dulu suka, soalnya waktu dia masih wali kota Solo itu Tempo angkat dia. Dia menang Pilgub DKI 2012 dan Pilpres 2014, masih suka Tempo. Bahkan Mulyono dateng ke Salihara. Tapi kalo sama Bowo, sejak dulu, zaman penculikan, Tempo kritis. Bowo terhadap Tempo juga nggak suka. Terhadap Kompas, dulu Bowo juga sempat nggak suka. Hanya sama Mulyono Tempo sempat akrab sebentar.”
“Gara-gara Bocor Alus pasti!”
“Sebenarnya Bocor Alus itu kan sneak preview tapi belum sampe ke spoiler pol dari laporan utama majalah. Tempo sadar, kalo konten cuma ada di versi cetak dan digital berbayar, gemanya nggak luas. Maka YouTube jadi pilihan karena orang suka video yang gratis. Baca itu bikin capek apalagi pake bayar. Kompas.id dan koran Kompas yang kedodoran soal main gema padahal liputannya bagus, terutama investigasi dan jurnalisme data.”
“Aja mbulet to, Mas. Intinya, gara-gara Bocor Alus di YouTube maka masyarakat jadi tahu sikap Tempo terhadap pemerintah?”
Kamso nyengir babi, sebagai pengganti nyengir kuda.
“Karena itu maka Bowo nggak undang Tempo kan? Jangan ngeles sana tanya Bowo dan Tempo. Jangan kayak Mulyono eh Jokowi yang suka menghindar, ‘Lha kok tanya saya’.”
Kamso nyengir tikus, tadi nyengir babi.
“Gini deh Mas, misalnya Tempo nggak diundang kan ada dua kemungkinan. Pertama, istana nggak demokratis, emoh ketemu pihak yang kritis. Atau kedua, bagi istana, Tempo dianggap nggak ada. Ora dirèken. Itu cara menyepelekan lawan. Ya, kan?”
¬ Foto: Instagram Prabowo
6 Comments
kalo misal Tempo diundang, kira-kira Tempo bakal gimana, ya?
Ya nanya.
Persoalan kemarin adalah Bowo bicara terlalu panjang di depan dan moderatornya kurang dinamis. Ada juga sih pemred yang bikin intro agak carmuk 🙈
Mengundang media sepertinya akan menjadi agenda rutin? Sebagai penonton saya harap Tempo masih dalam antrean undangan, bareng Media Indonesia atau Metro TV kek, ehe..
Metro TV dengan acara Teddy KW itu lucu tenan 😂😂😂😂
Langganan Kompas dan Tempo sekaligus adalah jalan ninja saya.
Dua media itu selektif mengangkat berita. Sering kali berbeda dari media lain.
Untuk Kompas.id ada nilai plus: foto jurnalistik. Media yang itu masih mengongkosi jurnalis foto. Kompas.id juga selalu punya infografik, ini bukan hal mewah dalam pengejaan namun media daring lain malas melakukan.
Sebenarnya infografik tak selamanya murah. Yang mahal adalah proses riset pustaka maupun liputan lapangan.
Untuk riset pustaka, Kompas unggul karena rujukannya banyak, terutama yang berbayar, misalnya buku dan jurnal ilmiah. Ini media daring malas melakukan: berlangganan konten berbayar.