Kursi wasit di pinggir kali dalam kerimbunan tanaman

Ruang terbuka untuk bermain dan berolahraga adalah masalah perkotaan. Lahan tak bertambah luas.

▒ Lama baca < 1 menit

Kursi wasit di tanggul kali, Chandra Baru, Jatirahayu, Pondokmelati, Kobek — Blogombal.com

Oh, kursi wasit badminton itu masih ada. Demikian saya membatin suatu pagi, pekan lalu, setelah Lebaran. Saya pertama kali memotret kursi di pinggir kali ini pada 2014. Ya, sebelas tahun silam. Posisi kursi hingga kini tak berubah.

Bagi saya hal ini menarik, karena bisa ditilik dari sejumlah hal, antara lain:

  • Manusia selalu berupa menyiasati ruang
  • Setelah seruas jalan lebar di dekat tikungan itu untuk lapangan badminton, padahal garis bidang tidak boleh berupa trapesium, maka sisa untuk kursi wasit tak mencukupi
  • Untuk mendirikan kursi wasit harus melompati pagar tanggul

Kursi wasit di tanggul kali, Chandra Baru, Jatirahayu, Pondokmelati, Kobek — Blogombal.com

Soal lain? Keterbatasan fasilitas olahraga di sebuah perumahan bisa mendorong warga memanfaatkan jalan. Yang lumrah adalah anak-anak bermain sepak bola dan badminton tanpa garis, tanpa net.

Di Jerman saya malah pernah melihat rambu lalu lintas agar pengendara berhati-hati karena di sebuah ruas jalan banyak anak bermain bola.

Akan tetapi itu tadi lapangan temporer. Serupa ring basket di perempatan. Kalau lapangan badminton dengan garis sesuai aturan, kesannya resmi padahal itu jalan umum. Memang sih ada jawaban untuk itu: berdasarkan kesepakatan warga.

Masalah ruang dan tata ruang. Ada di mana pun termasuk dalam lingkup domestik, yaitu di rumah kita.

 Fasilitas olahraga di jalan, Chandra Baru, Jatirahayu, Pondokmelati, Kobek — Blogombal.com

2 Comments

mpokb Selasa 8 April 2025 ~ 22.24 Reply

Niat juga yak, bikin lapangan di perumahan pakai kursi wasit. Apa kursinya pernah dipakai, Bang Paman?

Pemilik Blog Rabu 9 April 2025 ~ 07.55 Reply

Nah apakah pernah dipake saya ndak tahu. Mungkin pas musim lomba Agustusan

Tinggalkan Balasan