Walakin bukan perokok, pemilik warung dan kasir minimarket paham jika ada pembeli bilang, “Minta samsu ripél.” Pasti yang dimaksudkan adalah Djie Sam Soe Super Premium, tanpa label refill.
Versi isi ulang, dalam kemasan karton hitam agar isinya dituangkan ke kotak plastik berpegas, sudah punah tiga belas tahun lalu (¬ lihat arsip, 2011).
Isi ulang adalah bagian dari konsumsi kita, sejak sabun cuci piring, sabun mandi, cairan pel, sampai air galon. Banyak orang menyebutnya “ré-fil” dan “ré-pil”, bukan “ri-fél” maupun “ri-pél”, yang pasti penjual dan pembeli sama-sama paham.
Salahkah itu? Kecenderungan penutur bahasa di mana pun mengeja kata asing sesuai bahasa ibu mereka. Dahulu waktu kecil saya mendengar orang Belanda menyebut Magelang itu “ma-khe-lang”. Dalam bahasa Belanda, banyak “g” yang dieja “kh”. Orang Prancis menyebut dan menulis nama negeri kita Indonésie.
Bahasa Inggris saya burook, sehingga saya pun bisa salah eja. Di telinga orang berbahasa Inggris, atau orang Indonesia yang fasih beringgris, ucapan saya “land” dan “lend” itu sama, begitu pun “service” dan “surface” terdengar sama. Cara saya melafalkan “delete” dan “obselete” juga salah tetapi saya teruskan.
Tentu asing tak hanya bahasa Inggris. Merek Prancis sampai Jerman juga sulit, untunglah di YouTube ada panduan menyebutkan jenama Citroen dan Peugeot, serta VW dan BMW.
Lalu bagaimana Anda melafalkan Samsung? Kalau saya ya apa adanya: Sam-sung. Orang Amrik menyebut jenama Korea itu terdengar sèm-sang. Kalau cara Anda melafalkan klub sepak bola Ajax bagaimana?
Kembali ke refill, mungkin kelak KBBI akan memungut lema “ripil” karena banyak orang mengucapkan hal itu, menjadi bagian dari bahasa jual beli. Bukankah KBBI juga mengenal persekot, dari bahasa Belanda voorschot?
Saya juga biasa menyebut refil.
Nah 😇👍