Sajian visual dalam kemasan produk lawas selalu memancing tafsir. Hanya produsen yang dapat menjelaskan.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Kisah teh wangi cap Nyapu dari Pekalongan, Jateng

Setahu saya jarang ada merek teh, dan juga rokok, yang menggunakan kata kerja. Teh hitam melati dari Pekalongan, Jateng, ini berjenama cap Nyapu. Artinya ya menyapu, karena bahasa Jawa tak mengenal awalan me. Dari perusahaan yang sama juga ada teh cap Nutu, dari kata dasar tutu, artinya menumbuk gabah untuk menyingkirkan kulitnya sehingga menjadi beras.

Umumnya merek yang menggunakan gambar orang menyebutkan kata benda, dalam hal ini profesi. Misalnya rokok Pak Tani dan rokok Sintren, kertas sigaret cap Sinden dan papir sigaret cap Nelayan, serta teh cap Sintren.

Kisah teh wangi cap Nyapu dari Pekalongan, Jateng

Saya belum mencari tahu sejak kapankah teh Nyapu hadir di pasar. Ilustrasi dalam raster menunjukkan kehidupan masa lampau: perempuan berkain batik motif parang dan berkebaya tanpa kutubaru. Saat menyapu dia bertelanjang kaki. Pola garis kotak-kotak menjukkan bahwa lantainya berubin.

Sebagai teras, atau malah halaman berubin tak beratap, lantai yang disapu dengan gagang panjang mirip gagang sapu lidi itu tampak luas. Dua gunung di kejauhan menjadi latar belakang. Pagar halaman berwarna merah itu berpintu dengan arah bukaan keluar, suatu hal yang biasanya berlaku untuk tempat sempit.

Kisah teh wangi cap Nyapu dari Pekalongan, Jateng

Selalu terbuka aneka tafsir terhadap gambar dalam kemasan produk lama. Lalu kenapa ada seikat gabah di atas lantai yang disapu? Gambar gabah juga muncul sebagai elemen pada bagian lain dalam bungkus. Mungkin mewakili nama produsen, CV Panen Lestari, yang selain aktif Nyapu juga giat Nutu. Nama badan usaha produsen teh ini dahulu adalah Perusahaan Teh Widodo.

Kisah teh wangi cap Nyapu dari Pekalongan, Jateng

Ada oplosan, ada aplusan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *