Hati-hati dengan tukang servis elektronik panggilan. Selain belum tentu ahlinya ahli, ada yang cenderung memperdayai.
↻ Lama baca 2 menit ↬

Hati-hati dengan tukang servis elektronik panggilan

Akhirnya saya niatkan memanfaatkan kartu promosi terakhir yang saya terima karena saya tak menyimpan kartu lain dari penyedia jasa sejenis: servis elektronik.

Tukang servis bagus yang saya langgani hanya untuk AC. Karena kerjanya bagus, saya harus antre. Pelanggan dia di Pondokmelati, Kobek, Jabar, ada yang minta dia menangani AC di rumah putrinya, Pamulang, Tangsel, Banten. Si klien menyediakan mobil antar jemput.

Tukang lain, yang mengaku serbabisa, semuanya mengecewakan. Bahkan teknisi pemasang AC yang dikirimkan oleh toko elektronik besar di mal pun ngawur kerjanya, sampai akhirnya saya mendatangkan teknisi dari Samsung, dan mereka heran karena unit sudah dibongkar, segelnya rusak. Untunglah garansi tidak batal.

Pernah, dulu banget, kami menanya tetangga, siapa tukang servis dispenser andalan. Ternyata montir itu rajin, baru sebulan sudah menangani lagi. Setelah tiga kali pekerjaan dia buruk, saya tak mau pakai dia lagi. Dia pede, kepada orang rumah bilang bisa memperbaiki audio saya. Halah, tukang servis di Glodok saja menyerah karena kesulitan suku cadang.

Tukang AC dan mesin cuci berikutnya yang saya dapatkan dari Google juga jelek kerjanya, jorok, berantakan. Setiap kali dia pulang, berarti ada jejak kotor di mana-mana.

Nah, kembali ke tukang servis dalam kartu. Malam saya kontak via WhatsApp. Benar, esok paginya dua orang datang untuk menangani dispenser dan mesin cuci.

Ini kisah tentang mereka…

  • Sat set: begitu datang dan istri saya mempersilakan menunggu di teras, karena saya sedang di depan meja kerja, mereka langsung masuk ke dalam dengan bergegas tanpa permisi
  • Survei cepat: begitu masuk rumah, mata mereka mengamati ruang dan barang, sehingga istri saya langsung mengamankan ponsel kami dan tablet, juga dompet
  • Cekatan: mereka membuka dispenser dengan cepat sampai tutupnya jatuh grombyangan, setelah itu termangu-mangu sejenak, lalu mendiagnosis
  • Solutif: mereka temukan dua masalah pada dua suku cadang, yaitu kipas yang mati seharga Rp150.000 dan satu boks rangkaian elektronik yang komponennya rusak seharga Rp450.000, sehingga totalnya Rp600.000, kemudian dengan senang hati saya tolak
  • Argumentatif: mereka mendesak saya untuk mengganti suku cadang Rp600.000, supaya dispenser normal lagi, karena buat apa diservis kalau dispenser tetap tidak dapat mengeluarkan air dingin
  • Persuasif : saya bilang tambah sedikit bisa beli baru karena sebagai barang bekas, dispenser saya paling tinggi laku Rp450.000, tetapi mereka membujuk saya terus dan gagal
  • Survei lagi: setelah menutup dispenser, mereka tanya di mana mesin cuci, lalu setelah saya bilang di atas, tempat cucian, tanpa permisi mereka langsung menaiki tangga dengan mata jelalatan
  • Lebih cepat dari YouTube: suara bising mesin cuci bukaan depan dapat mereka atasi lebih cepat dari panduan di YouTube, lalu ketika saya tanya apa masalah dan solusinya salah satu bilang, “Rahasia, ini ilmu tukang, Pak!”
  • Matematis: urusan beres, mereka bilang untuk buka dispenser biayanya Rp50. 000, untuk buka mesin cuci juga Rp50.000, lalu mengatasi masalah mesin cuci Rp100.000, “Bapak cukup bayar Rp200.000 saja.”
  • Ilmu rahasia: saya menawar, masa segitu, menyetel rotari mesin cuci saja cepat, tapi salah satu berkilah, “Emang harganya segitu buat ilmu rahasia tukang, Pak!”
  • Penuh inisiatif: saat saya membuka dompet mereka seperti mengamati saksama, dan sebelum saya mencabut uang, salah satu mengambil rokok saya di meja teras lalu bilang, “Bagi rokoknya ya, Pak”, lalu menawari temannya

Akhirnya saya bayar Rp200.000. Makin cepat mereka pergi makin baik. Istri saya sudah tak nyaman.

Sekira seperempat jam setelah mereka pergi, saya menelpon juragan servis untuk komplain.

Jawaban dari seberang, “Saya udah dapet laporan, udah beres. Soal biaya itu memang rahasia ilmu tukang, Pak. Eh apa, kurang sopan?”

Istri saya yang tadi tampak stres selama ada tukang malah terpingkal-pingkal saya saat saya menelepon dengan sepiker.

“Itu kan suara si tukang yang ambil rokokmu tadi, Mas! Hahahaha! Ngapain juga kamu tadi komplen kalo tukangnya nggak sopan? Hahaha…,” katanya.

2 thoughts on “Drama servis elektronik panggilan

  1. Istri saya beberapa kali dikerjain beberapa tukang servis kulkas dan sebangsanya, di kedainya. Salah satu penyebabnya, kalau kulkas atau yang lain rusak, karena buru-buru dia segera nyari teknisi tanpa bilang ke saya.

    Akhirnya saya ambil alih. Saat lemari pembeku rusak, saya cari teknisi lokasi terdekat pakai Google, saya cermati komentar-komentar di sana, lalu memilih satu teknisi/tempat servis yang banyak dikomentari positif. Untunglah sesuai harapan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *