Tak mudah memilih buah yang matangnya pas dengan saat kita ingin memakannya. Kalau perempuan lajang matang bagaimana?
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Alpukat avokad siap konsumsi di Superindo Jatiwarna Kobek

Memilih avokad matang itu tak mudah. Setidaknya bagi saya. Tak mudah karena jika membeli beberapa buah saya tak tahu mana yang sudah matang hari ini, sehingga siap saya makan, dan mana yang matangnya besok, lalu mana yang pas untuk saya konsumsi lusa. Maka cara supermarket dengan menaruh alpukat matang pada baskom ini bagus.

Saya sebut bagus karena konsumen takkan keliru ambil yang hijau mengarah matang padahal matangnya masih tiga hari lagi. Paling mudah memang mengambil avokad yang kulitnya sudah ungu menghitam, tetapi saya ambil pagi, eh malam sudah gelap dagingnya. Dalam soal beginian, Lik Jun lebih ahli. Dia penyuka avokad. Dia pun pemborong avokad, ditugasi Bu Bos yang bertaut asmara dengannya.

Jadi, intinya adalah matang yang pas. Padahal jika membicarakan kematangan, hal itu belum tentu sama dan sebangun dengan usia tua. Orang berumur likuran bisa lebih dewasa dalam pikiran, perkataan, dan tindakan, seperti orang berusia empat puluh. Tua adalah satu hal, dan matang adalah hal lain. Tak ada patokan kuantitatif.

Lalu, maaf, bagaimana dengan sebutan perempuan lajang matang? Tak jelas itu berlaku untuk rentang usia berapa. Sebagian orang bisa bilang jika masih umur perempuan masih tiga puluhan, itu belum tergolong lajang matang.

Tetapi untuk generasi yang merupakan orangtua dari baby boomers, status lajang untuk perempuan menjelang usia tiga puluh itu sudah tua, sudah matang. Bahkan ada sebutan perawan tua. Sejak dulu sebutan ini termasuk peyoratif — merendahkan, melecehkan, bahkan menistakan — melebihi label bujangan tua apalagi bujang lapuk untuk pria.

3 thoughts on “Petunjuk kematangan avokad, bukan dari advokat

  1. Waaaa yang ahlinya ahli memilih alpukat, terutama di pasar tradisional dan pasar buah, itu Bu Bos saya. Saya nggak pernah beli alpukat sendirian (tanpa Bu Bos) ke pasar tradisional.

    Kalau sendirian, saya ke supermarket, termasuk Hypermart, dan asal pilih alpukat saja — yang penting tidak bonyok. Sejauh saya tahu, mutu (atau apalah istilahnya) alpukat di supermarket lebih baik daripada pasar tradisional dan pasar buah sehingga saya berani asal ambil.

    Biasanya kalau ke supermarket yang saya cari alpukat mentah. Penyebabnya, jarang saya temui alpukat mateng di supermarket. Kalau pas ada yang mateng ya saya angkut. 😁

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *