Kalau barangnya lumrah dan murah, soal pilihan merek dan pembelian kita pasrahkan ke tukang. Semoga tukangnya tak nakal.
↻ Lama baca 2 menit ↬

Tiner cap 2 Tukang

Malam pukul setengah sebelas saya berdiri setelah mengurai sila di atas karpet, lalu berpindah ke pojokan carport untuk berangin-angin di atas anak undakan terbawah. Saat menaruh pantat, pandangan saya terantuk kaleng cat tiner. Mereknya saya baru tahu: 2 Tukang.

Usai memotret saya kembali menyimak obrolan silaturahmi warga. Bagian belakang kaleng akan saya foto pada kesempatan berikutnya. Saya beruntung, tak ada yang memperhatikan apa yang saya lakukan. Sahibulbait juga mendiamkan.

Pagi ini saat memeriksa gambar di ponsel lalu bersua foto tiner hasil jepretan semalam, pikiran saya pun mulai berkelok sambil membuka sejumlah laman web untuk mencocokkan ingatan — mestinya saya cukup membuka layanan AI macam ChatGPT. Misalnya, sejak dulu orang menyebut pengencer cat itu tiner (dari thinner) dan ada kaleng kemasan yang menuliskan afduner. Di lokapasar, kata afduner masih dikenal.

Afduner kita serap dari bahasa Belanda: afdoener. Artinya penyelesai, bisa juga pengencer. Namun aneh, KBBI tak punya afduner padahal menyerap afdruk (dari afdroek, mencetak foto). Masih tentang cairan untuk mengecat, KBBI mencatat terpentin (Belanda: terpentijn) yang dikenal oleh para tukang angkatan lama. Bahasa Melayu menyebutnya minyak tusam, artinya minyak dari pohon pinus (Pinus merkusii).

Ihwal jenama 2 Tukang, isi benak saya belok lagi. Kenapa ada kata “patent”? Setahu saya paten dan merek dagang terdaftar itu berbeda. Paten lebih ke invensi atau penciptaan, sedangkan merek lebih ke hak cipta jenama dan hak pakai untuk berbisnis. Baiklah itu kita bahas lain kali.

Ada yang lebih penting soal merek 2 Tukang ini. Pertama: logo tipografis cenderung klasik, mengingatkan saya kepada teh cap 2 Tang. Kedua: ilustrasi bergambar dua orang tampak meng-kini, serupa bermain bentuk vector sederhana di komputer, bukan gaya lukisan seperti biskuit Khong Guan maupun versi lama bubuk kakao Windmolen.

Ketiga: apakah pilihan merek untuk memikat tukang bangunan? Sebagian barang bahan bangunan, terutama untuk perbaikan kecil, pembeliannya kita percayakan kepada tukang. Tinggal kita beri uang, dia pulang bawa barang dan bukti pembayaran. Untuk tiner mungkin kita tak peduli merek. Tetapi tidak untuk cat tembok dan cat kayu serta besi, apalagi menyangkut pilihan warna.

Tiner cap 2 Tukang

Dari tiga orang berbeda yang pernah bekerja di toko bangunan saya beroleh cerita ada tukang baik dan tukang nakal. Yang nakal suka minta harga dalam bon dinaikkan — orang Jawa bilang mbathi. Ada juga yang minta persenan atau bonus. Ini sih kasus Indonesia: markup, kickback, dan sebangsanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *