Umumnya produsen es krim, minuman, dan kembang gula menyebut rasa buah mempelam dalam produk mereka itu mango. Konsumen tahu, yang dimaksudkan adalah mangga. Apapun sebutannya saya suka es krim rasa mango dan mangga. Ternyata Wall’s menyebut “mangga” untuk rasa es krim Salero.
Tersebutkan dalam bungkus, es krim tersebut mengandung buah mangga. Maka selagi nglamudi¹ es krim saya berpikir, adakah kandungan mangga beneran?
Ternyata ada kandungan buah mangga. Dalam keterangan termaktub “puree mangga” — cuma delapan persen sih. Aha! Ini soal bahasa. Ternyata untuk “purée” dalam bahasa Inggris, yang dilafalkan “pyu-réi”, KBBI sudah menyerapnya menjadi “pure”. Baru tahu saya. Artinya bahan makanan yang dilembutkan atau dilumatkan.
Yah, banyak hal yang tak saya ketahui dalam khazanah bahasa Indonesia — apalagi bahasa asing. Namun sejauh mampu saya akan terus belajar di sisa usia saya, sambil berharap para guru, terutama guru bahasa Indonesia, juga melakukan hal yang sama; demikian pula para penulis, termasuk jurnalis.
Apakah kata “pure” tidak lumrah? Oh, banyak yang menggunakan kata itu. Misalnya laman Prenagen, dengan artikel dari Klikdokter: “Fakta dan Resep Makanan Pure untuk Bayi”. Detik, Kompas.com, dan Lazada serta Tokopedia juga menggunakan “pure” untuk menyebut “purée”. Saya saja yang kelampauan. Memalukan. Padahal Anda sudah terbiasa dengan kata “pure”, bukan?
¹) Dalam bahasa Jawa baku, yang benar adalah “nglamudi” namun yang lazim terucapkan adalah “nglamuti”
¬ Bukan pos berbayar maupun titipan
2 Comments
Istri saya kadang makai “pyur” untuk nyebut asli/murni/semacamnya.😁
Sodara saya ada yang gitu, dikit-dikit pyur. Misalnya, “Bukan kerja pyur buat cari uang, tapi juga anu anu anu…”