Dulu belum ada platform medsos dengan foto dan video bagus dari warganet yang dapat diakses via ponsel. Media cetak sempat berjaya.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Majalah VW Mania tahun 2002 sebagai artefak buah Reformasi

VW kodok merah kabriolet itu misalnya dipakai di jalanan Jakarta saat udara kotor pekan-pekan lalu pasti menyiksa. Bahkan saat kapan pun. Sayang mobilnya. Sayang pengemudinya. Sayang penumpangnya.

Rupa sang mobil cantik dan nama pemiliknya pernah juga saya lihat di majalah selain VW Mania, dari kurun semasa, awal 2000-an, kalau bukan di majalah luks Motor ya di majalah Top Gear Indonesia, jenama dari BBC.

Dalam majalah lain tersebut seingat saya ada foto bagus. Bajoe Narbito, Dirut Telkomsel, kolektor VW, mengendarai si merah dengan kap terbuka di jalan tol dalkot dalam dalam pembekuan gerak yang dijepret secara panning.

Majalah VW Mania tahun 2002 sebagai artefak buah Reformasi

Majalah yang saya temukan di ruang tunggu bengkel, tempat saya memotret logo merek oli Mobil kemarin, ini terbitan Juli 2002, empat tahun setelah Reformasi 1998. Itulah masa media cetak masih menggairahkan.

Setelah Reformasi, koran, tabloid, dan majalah bermunculan. Tak perlu SIUPP¹ seperti pada era Orde Baru sebagai kelanjutan SIT². Siapa pun bisa dan boleh bikin media.

Majalah VW Mania tahun 2002 sebagai artefak buah Reformasi

Tentu tak semuanya bertahan. Ada dua persoalan: hasil penjualan media kertas dan pemasukan dari iklan. Kalau duit seret tidak bisa menggaji awak media.

Satu hal yang merepotkan dalam media saat itu adalah foto. Percuma berkertas bagus kalau fotonya tidak elok. Padahal tak semua majalah punya foto bagus hasil jepretan sendiri.

Majalah VW Mania tahun 2002 sebagai artefak buah Reformasi

Maka reproduksi foto dari sumber lain, terutama media luar negeri, jika perlu tanpa izin, tanpa atribusi, cukup kredit “istimewa” dan “dokumentasi redaksi”, pun menjadi kelaziman. Memang sih ada sumber foto lain yang legal, gratis, yakni pasokan dari humas produsen, termasuk dari industri otomotif.

Apakah berarti media dengan kertas biasa, yang dikemas sebagai produk murah meriah, tak dapat menghasilkan foto sendiri? Pasca-Reformasi bermunculan tabloid hiburan pria, dari sampul depan sampai halaman belakang berjejalan foto cewek dengan busana antigerah. Ada nomor ponsel untuk setiap model.

¹) Surat Izin Usaha Penerbitan Pers
²) Surat Izin Terbit

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *