Masih ekonomiskah angkot kecil bagi pemiliknya? Motor dan mobil pribadi terus bertambah. Penumpang angkot menyurut.
↻ Lama baca 2 menit ↬

Mobil angkot CH atau KWK T10 trayek Chandra Indah — PGC Cililitan

Dia adalah saksi zaman yang merasakan perubahan kesejahteraan masyarakat menjadi lebih baik. Dia dan teman setrayek disebut CH. Nama resminya KWK T10¹. Dulu banyak orang mengenalnya karena banyak yang berangkat dan pulang kerja naik angkot.

Jika jam berangkat dan pulang kerja tetap, para penumpangnya biasanya saling hafal wajah tanpa mengenal secara pribadi. Saya abad lalu sering berangkat antara pukul sepuluh sampai sebelas, kadang mendapati seorang pria lebih tua dari saya, dengan kemeja rapi basah keringat, membaca majalah Time, FEER, Asiaweek, atau The Economist terbaru — serupa milik perpustakaan kantor saya. Saya tak tahu dia siapa. Kami tak pernah bertegur sapa.

CH, kode untuk angkot kompleks Chandra Indah di Pondokgede, Kobek², Jabar, menjalani trayek Chandra — Terminal Cililitan³, Jaktim. Angkot ini mulai ada sejak medio 1980-an ketika Chandra Indah, dan kemudian Chandra Baru, di Jatirahayu — yang akhirnya masuk Kecamatan Pondokmelati — mulai dihuni.

Jarak terminal dalam kompleks itu ke Cililitan 15 kilometer, melewati Asrama Haji, Lubangbuaya, dan perempatan TMII. Saya tak tahu armada CH kini berisi berapa mobil. Mulanya CH muncul sebagai inisiatif masyarakat, berupa pikap.

Libur sekolah kemarin banyak CH tak terisi penuh. Ketika sekolah tidak prei, anak SD di bawah kelas tiga biasanya diantarkan ibunya. Anak yang lebih besar, yang pergi pulang sekolah tak bersepeda maupun bersepeda motor, naik angkot. Bukankah anak SMP juga bermotor, sebagian tanpa pelat nomor?

Sebenarnya makin ke sini angkot kekurangan penumpang. Para perempuan yang dulu bekerja kini sudah pensiun. Perempuan generasi berikutnya ke kantor naik motor, atau ojek daring, lalu disambung bus Transjakarta dari Terminal Pinangranti, Jaktim, atau bus Transjabodetabek dari Grand Dhika, Jatiwarna, Kobek. Motor diparkir di seberang terminal.

Saya malah tahu kini ada seorang ibu yang naik motor pergi pulang bekerja dari Chandra Baru ke WTC Mangga Dua, Jakut, sejauh 27 kilometer sekali jalan, naik motor sendirian.

Sebagian perempuan generasi penerus juga bermobil, menyetir sendiri maupun bersama suami. Ada juga ibu yang mengantar dan menjemput anak bersekolah dengan mobil.

Pada pertengahan dekade awal 2000-an, sekitar 2006, lebih dari sekali saya mendengar keluhan sopir CH dan angkot lain: penumpang berkurang karena kredit motor dipermudah.

Pada awal Chandra Indah dan Chandra Baru dihuni, pada 1980-an itu, hingga awal 2000, tak semua rumah punya motor apalagi mobil. Beberapa rumah punya mobil tetapi tak punya motor.

Empat tahun lalu saya mendengar celoteh sopir CH, “Sekarang semua orang punya mobil. Nggak naik angkot soalnya ada motor juga. Bisa juga naik ojek onlen. Yang naik angkot dikit.”

CH beroperasi sejak pagi pukul lima sampai pukul delapan malam. Dulu, sampai awal 2000-an, CH yang menyusuri Jalan Pasar Kecapi selewat pukul delapan malam dicegat tukang ojek, dianggap merampas rezeki mereka.

Padahal CH sampai malam gara-gara Jalan Raya Pondokgede macet parah karena tersumbat area sekitar Asrama Haji. Saat itu belum semua daerah, termasuk Kobek, punya Asrama Haji, sehingga titik keberangkatan dan kepulangan berhaji di Asrama Haji Pondokgede, Jaktim. Bus pengantar orang naik haji bikin macet.

Maka ketika tukang ojek mencegat CH, untuk memaksa sopir menurunkan penumpang, para penumpang membela sopir. Mereka juga tak mau diturunkan di jalan malam hari, hanya ada opsi jalan kaki atau naik ojek ke rumah.

¬ Maaf tulisan ini tanpa data apalagi secara visual karena itu tugas media berita, bukan blog personal

¹) Koperasi Wahana Kalpika, si bawah MKGR, salah satu pilar Golkar ; sedangkam T10 adalah salah satu kode trayek angkot di bawah KWK

²) Kobek: istilah saya untuk Kota Bekasi, untuk membedakan dari Kabupaten Bekasi

³) Terminal Cillilitan ditutup akhir 1992 setelah Terminal Kampung Rambutan berfungsi, namun hingga 1999 Cillilitan masih dimasuki bus kota, misalnya PPD 46 jurusan Grogol, Jakbar; kini tempat itu jadi Pusat Grosir Cililitan (PGC)

Betul, terminal bayangan itu akan jadi polder

2 thoughts on “Warisan abad lalu bernama angkot KWK T10 CH

  1. Juli 2019, salah satu syarat nyari kontrakan adalah dilewati jalur KWK T15. angkot yang lewat depan sekolahnya Nang Ning.

    akhirnya dapat di raya bogor. kontrakan ke sekolah sekali aja naik T15.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *