Salah satu jejak pandemis adalah sejumlah kedai belum buka lagi, kadung merugi karena lama tutupnya akibat PPKM. Sebuah kedai kopi yang dulu agak kerap saya datangi, ternyata sudah tutup. Tiga tahun saya tak ke sana. Tetapi di sebelahnya ada kedai baru.
Saya membatin, selama kedai tutup, atau bersedikit pengudap, berarti konsumsi gula sasetan yang putih maupun cokelat juga berkurang. Berapa banyak berkurang, para pengemas gula pasti punya data.
Pekan lalu saat saya ngopi saya jumpai gula sasetan yang belum pernah saya lihat. Mungkin sudah lama tetapi saya hanya tahu PT Samudra Montaz Packaging Industries si pemain lama dan jenama Gulaku milik Sugar Group yang punya kebun tebu dan pabrik. Nah, gula saset yang saya baru tahu ini terbikin oleh PT Mas Swakarya Sakti.
Maka saya ingin tahu berapa jumlah produsen pengemas gula. Indonesia ini luas. Masa sih yang memasok gula saset sedikit. Padahal penggemar kopi manis dan teh manis itu banyak.
Meskipun demikian, sejak dulu banyak kedai menyediakan gula terpisah dalam saset. Lalu akhirnya produsen kopi sasetan juga menyediakan gula terpisah, yakni Torabika (Mayora) dan Gadjah (Djarum).
¬ Infografik: Kompas.id