Rakyat kurang suka berdebat perbedaan banjir dan genangan. Rakyat hanya mau tahu tempat yang mestinya kering selalu kering, basah biasa tersebab hujan.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Polder pencegah banjir di Chandra Indah, Jatirahayu, Pondokmelati, Kobek

Bermula dari pertanyaan biasa, akhirnya saya merasa seperti orang yang harus bertanggung jawab. Pertanyaan awal adalah, “Biar udah ada polder masih banjir ya, Mas?” Maka saya pun mengiakan.

“Kok bisa?” dia kembali bertanya.

“Lha ya itu,” jawab saya.

“Itu Alfamart malah masang tanggul?”

“Ya gitu deh.”

“Kalo cuma buat mancing, itu namanya empang berbiaya mahal, Mas.”

“Nggak usah sinis.”

“Ada yang jaga pintu air nggak Mas?”

“Nggak tau.”

“Kapasitas pompa dan genset sesuai kebutuhan debit buang?”

“Nggak tau.”

“Air polder pas nggak hujan dibuang ke kali?”

“Nggak tau.”

“Endapan di polder saat nggak hujan itu dikeruk nggak?”

“Nggak tau.”

“Gimana sih kok nggak tau mulu, Mas?”

“Lah emang saya yang mendanai proyek? Saya juga bukan kontraktor. Setahu saya itu pake dana bagi hasil provinsi. Dulu begitu polder jadi, malah banjir selutut di sekitarnya, malah ada yang sepaha, katanya belum serah terima proyek.”

“Drainase di sekitarnya dirawat?”

“Nggak tau.”

“Kalinya selalu dikeruk?”

“Nggak tau.”

“Gimana sih?”

“Emang saya aparat pemkot? Tanya DPRD atau Pak Wali sekalian dong! Lagian itu polder bukan di kompleks saya tapi kompleks sebelah.”

“Oh, maaf. Saya lupa, Mas.”

Polder pencegah banjir di Chandra Indah, Jatirahayu, Pondokmelati, Kobek

Menanggul akses ke dalam rumah dan toko

Ayo mancing, kagak pake bayar, emang di empang?

Saya mengkhawatirkan anak kecil kecemplung polder

Terminal bayangan dekat rumah itu akan lenyap

Gardu listrik mengantisipasi banjir

2 thoughts on “Setelah ada polder kok masih banjir, Mas?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *