Saya pernah menulis minuman dingin dalam kantong plastik. Sulit untuk meletakkannya. Kalaupun model beralas rata, yakni pouch, bukan masalah. Tadi saya melihat minuman dingin dalam kantong, dengan sedotan, dicantelkan dekat gerbang sebuah rumah. Minuman itu milik seorang anak muda, anggota panitia halalbihalal.
“Punya saya, Oom. Bawa dari rumah,” ia berujar.
Saya pernah menyebut minuman dalam kantong plastik itu sebagai gaya Asia Tenggara. Praktis. Terutama bagi yang terbiasa dengan sedotan.
Kalau tak ada sedotan? Lubangilah sudut kantong di bawah, tetapi harus sekali minum habis. Kalau tak habis, repot menaruh minuman yang tersisa.
Saya beberapa kali melihat anak SD dan SMP pulang sekolah, berjalan kaki maupun naik angkot, sambil ngemut ujung sedotan yang terhubung ke kantong minuman.
6 Comments
Jaman dulu, hampir semua penjual es pake plastik gini ya. Ehehe. Minumnya diencut-encut. Yang nyobek ujung bawah plastik.
Tapi sekarang, ga mau ehehe. Udah ada cup, juga varian cup yang environmemt friendly 😅
Hahahaa ngalamin ya Mbak? Nostalgia tuh 😇
Ehehe jaman dulu emang adanya plastik saja kan Mas. Sama bawa rantang sendiri kalau mau beli es campur dan kawan-kwannya. 😁
Ya, bawa rantang. Hari ini buat es, besok buat soto 🤣
Seringnya saya lihat ginian ini es teh. 😁
Betul. Es teh 👍