TV dan kemudian medsos telah menjadikan pemuka agama sebagai bintang hiburan. Bisa saja lagak si tokoh bak seleb. Rhenald Kasali heran.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Rhenald Kasali: penuaan agama kok flexing

Saya tersenyum-senyum menyimak monolog Rhenald Kasali. Tentang pemuka agama yang suka flexing. Saya membayangkan pakaian bagus. Arloji mahal. Cincin berbatu mulia yang harganya tinggi. Ponsel mutakhir berspesifikasi top. Mobil di atas Rp1 miliar. Dan entah apa lagi…

Ah, saya teringat seorang pemuka agama, pemuka sebuah laskar, yang difoto oleh majalah Tempo belasan tahun silam, di depan pintu lobi sebuah gedung di Kuningan. Tampilannya seperti yang saya sebut dalam paragraf sebelum ini.

Saya juga teringat pemuka agama yang berebut aset jemaat dan rumah ibadah.

Abad lalu malah ada pemuka agama yang dikenal sebagaimana kolektor mobil. Mungkin bukan kolektor, tetapi punya sekian mobil built-up yang saat itu kurang jelas bagaimana prosedurnya kepemilikannya. Si tokoh ini kemudian terkenal karena menikah hanya semalam di hotel.

Mereka semua manusia biasa. Apa yang mereka miliki bisa saja bukan hasil membeli sendiri melainkan hadiah dari pengikut sebagai tanda cinta dan hormat.

Adapun urusan pamer, tak jelas ukurannya. Kini era media sosial. Kalau seorang pemuka agama mengunggahkan foto dan video diri dengan gaya mentereng, mungkin bisa disebut pamer. Kalau yang memotret dan merekam adalah orang lain, lalu muncul di akun orang lain, bagaimana?

Bagusnya Rhenald tahu batas, tak mengambil contoh dari dalam negeri. Dia tak mau cari masalah.

Agama. Kemuliaan. Kesederhanaan. Kerendahan hati. Kebahagiaan. Kebajikan. Jika terhimpun dalam sesosok pemuka, bagaimana wujudnya?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *