Bukan hal baru: memasang tanggul pada emper maupun teras di depan pintu masuk rumah maupun toko. Orang yang akan masuk maupun keluar harus melompati tanggul. Apa boleh buat, ini solusi yang jauh lebih murah ketimbang meninggikan lantai bangunan.
Misalnya tinggi plafon dari lantai 2,75 meter, lalu lantai dinaikkan 50-70 cm pasti merepotkan — apalagi jika menyangkut peturasan dan dapur. Bayangkan jika penghuni rumah lebih tinggi dari pebasket NBA di Washington Bullets pada 1990-an: Gheorghe Mureșan (2,31 meter).
Di kawasan saya bertambah lagi bangunan, berupa toko, yang menanggul akses masuk keluar. Saya memotretnya kemarin magrib. Malam sebelumnya, lagi-lagi, minimarket itu kemasukan air setinggi mata kaki karena jalan di depannya menjadi kali.
Padahal Alfamart yang itu lebih tinggi dari rumah tetangga yang lebih dahulu ditanggul atau saat renovasi lantainya dipertinggi. Bahkan pelataran mini toko pun agak menanjak. Sepeda saya bisa melorot saat saya parkirkan.
Air masuk yang “halah cuma setinggi mata kaki” akan menjadi humor hitam nan tega jika diterapkan pada lantai dua. Banjir di tempat lain sudah membuktikan.
Keanehan nan wagu dalam dua kali banjir di titik itu adalah justru masih terjadi setelah polder jadi namun belum difungsikan. Pompa air pun tampaknya belum terpasang.