Sudut tumpul tikungan pada tanjakan dan turunan gedung parkir itu mempermudah pengemudi mobil. Tapi kenapa tembok tetap lecet?
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Sudut tikungan tajam yang dibikin tumpul di RSPON Jakarta

Yang saya maksudkan memangkas itu sudah tergambar dalam perencanaan. Bukan setelah bangunan jadi baru memotong sudut tikungan tanjakan dan turunan di gedung parkir.

Karena sudutnya tumpul, manuver mobil lebih leluasa. Memang sih, tikungan di lantai bawah sebuah gedung parkir, sebagai fasilitas rumah sakit besar, ini banyak yang dindingnya berbaret bekas terserempet mobil. Terutama dinding sisi kiri dari arah pengemudi mobil. Mobilnya saya andaikan bersetir kanan.

Bagi pengemudi terampil, tentulah tikungan macam apa pun bukan masalah. MPV panjang dan SUV besar juga bukan soal apalagi city car. Celakanya saya bukan tergolong yang terampil, sehingga saya terbantu oleh sudut tikungan yang terpotong itu.

Saya lupa apakah sudut tikungan tanjakan dan turunan, di sebuah gedung parkir milik suatu universitas, yang saya anggap tak nyaman, juga dibuat tumpul. Saya hanya heran, di kampus itu ada jurusan arsitektur tetapi kenapa gedung parkirnya tak mempermudah manuver. Banyak baret di pilar dan temboknya.

Memang sih, sekali lagi, ini soal keterampilan pengemudi. Di jalan lurus pun, seperti dahulu kala, pada seruas jalur di Jalan Arjuna Utara, samping jalan tol Kebon Jeruk, Jakbar, saking sempitnya maka semua tiang listrik pun penuh baret. Entahlah sekarang bagaimana.

Ihwal tikungan tumpul, di perkampungan dan kompleks perumahan mestinya juga begitu tak ada tikungan lancip. Setahu saya ada aturannya. Tetapi kita lihat, ada saja jalan dengan tikungan siku runcing yang mengurangi tebar pandang dan merepotkan mobil saat berbelok. Kenapa bisa begitu ya?

7 thoughts on “Memangkas sudut tikungan di gedung parkir

          1. Pernah satu kali nyewa ATV bersama istri di sebuah pantai di Pacitan, sekian tahun silam.

            O ya bukannya nggak bisa nyetir mobil sama sekali, ding. Dahulu pernah belajar nyetir di halaman parkir nan luas di Bedeng2000 Palmerah pakai mobil kantor, lalu lanjut kursus nyetir.

            Sempat beberapa kali nyetir di Solo saat punya Xenia 1.000 cc. Lalu mobil dijual, bertahun-tahun tidak nyetir, kemudian ketika beli mobil lagi saya sudah ogah nyetir, yang nyetir istri.

          2. Jangankan bertahun-tahun prei nyetir, sekian bulan prei saja bisa kagok, butuh penyesuaian sambil jalan. Kata temen yang jago nyetir, itu wajar, gak sampe 30 menit bisa in tuned lagi. Apalagi kalo mobil batangan. 🙏

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *