Saya temukan foto yang salah folder dalam ponsel. Foto kursi darurat pada ceruk pohon ini hasil jepretan November lalu di Bandung, Jabar.
Kang Juru Parkir di Jalan Hasanuddin, dekat RS Borromeus, punya singgasana supaya tak berdiri terus. Setelan ketinggian tampaknya ergonomis bagi dia. Tiga potongan batang pohon hasil potongan melintang menjadi ganjal tinggi jok yang tak selevel kloset duduk untuk orang dewasa.
Eh, kloset? Semua perabot punya standar ukuran. Jika untuk duduk, ada ketinggian optimum. Hal sama berlaku untuk meja. Maka Anda mungkin pernah bekerja dengan laptop di kedai kopi dengan posisi duduk yang kurang nyaman.
Saya pernah mengudap dengan perbandingan ketinggian kursi dan meja sangat tidak ergonomis. Saya makan dengan ketinggian posisi piring dekat dagu. Sayang tak tersedia kursi mirip untuk anak dalam dimensi orang dewasa di sana.
Dalam sebuah acara, saya juga pernah duduk di atas sofa empuk yang terlalu rendah. Ketika tetamu lansia akan berdiri, mereka kerepotan.
Bukan hanya itu karena tetamu perempuan yang mengenakan rok pendek juga kerepotan ketika duduk, seperti terjengkang, dengan risiko rok tersibak, karena bokong lebih rendah daripada lutut. Selain sofanya rendah, joknya yang terlalu empuk seperti amblas, padahal itu sofa baru.
Ergonomi yang betul-betul pas secara personal itu suatu seni. Maka kursi setir mobil bisa disetel agar sesuai postur pengemudi. Bahkan posisi lingkar kemudi pun dapat diatur.
Ergonomi tempat duduk ada pedomannya, demikian pula jarak antarkursi, jangan meniru Metromini dan Kopaja yang menganggap kaki semua penumpang pendek.
¬ Gambar: Ikea, Tokopedia, Civil Engineering Discoveries
3 Comments
dulu sempat ada mata kuliag ttg ergonomi ini di kampus, sayangnya mata kuliah itu baru ada saat saya sdh sampai tahap skripsi, padahal dari namanya saja sudah menarik
Sangat menarik. Sebenarnya bukan tentang perabot, melainkan manusia dengan ruang dan alat kerjanya. Tata kerja. 🙏😇