Pemarkiran mobil jadi masalah di mana-mana karena faktor ruang. Padahal arsitektur bisa memberi solusi.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Parkir mobil di rumah dengan hidung di jalan

Begitulah, memarkir mobil itu bisa jadi dua tahap masalah. Pertama: dalam proses belok, maju, dan mundur terutama jika tempatnya sempit. Tetapi jika sudah terbiasa akhirnya terampil. Kalau postur pengemudi tak merepotkan, dia bisa memarkir dengan sisi kanan mobil mepet tembok cuma berjarak sejengkal. Artikan dia keluar dari pintu kiri, padahal setir di kanan.

Kedua: taruh kata urusan tahap pertama selalu lancar, tetapi setelah mobil terparkir manis, dengan bemper belakang cuma sejengkal dari tembok, pun bisa muncul masalah. Apa? Hidung mobil menongol ke jalan.

Lihatlah gambar di atas. Mobil itu terparkir di salah satu dari empat rumah kembar. Pagar hitam di sebelah kanan itu milik rumah sebelah. Lebar bangunan cuma sedikit lebih lebar dari SUV. Adapun kedalaman carport tak dapat menampung panjang mobil, tetapi cukup untuk Wuling Air EV dan Smart For Two. Google Street View menyajikan pemandangan yang sama di titik itu.

Apakah tetangganya tak protes? Tentu saya tak tahu karena itu bukan di RT saya, lokasinya pun bermasa tempuh 15 menit bermotor dari rumah saya.

Artinya, ada hal yang kita tak mudah menghakimi. Kenapa bikin rumah tanpa parkiran memadai? Oh, keempat rumah kecil itu, kata seorang warga, adalah rumah kontrakan, bukan kepunyaan setiap pemilik mobil di situ.

Parkir mobile di Jatiwaringin, Bekasi

Masalah tamu menginap dan mobil bermalam

1 thought on “Ini hidung mobilku, mana hidungmu?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *