Belilah hiasan Natal setelah tahun baru

Hiasan Natal yang sudah lawas pun bisa dipakai ulang. Misalnya koleksi teramat banyak tak harus muncul semua. Bikin sendiri lebih hemat.

▒ Lama baca < 1 menit

Hiasan Natal tidak harus selalu baru, yang sudah lawas pun layak

“Lha wong Natalannya sudah lewat kok baru beli hiasan,” seseorang dengan bersungut-sungut pernah mengoreksi saya. Padahal saya menjawab pertanyaan dia, kalau mau hiasan yang bagus dan murah itu beli di mana. Saya sebut sebuah toserba perlengkapan rumah di mal, “Entar kalo udah akhir Januari barangnya diobral.”

Membeli barang setelah masa perayaannya lewat pernah saya lakukan sebelum era belanja daring. Karena dahulu di tempat kerja saya ada THR Natal dan Lebaran untuk setiap karyawan, saya membeli pakaian secara impulsif setelah Lebaran di Keris Gallery, Menteng, karena sekadar singgah setelah bersantap di dekatnya. Diskon 75 persen.

Hiasan Natal tidak harus selalu baru, yang sudah lawas pun layak

Untuk hiasan Natal, apakah saya pernah membeli selewat tahun baru? Ya. Beberapa kali. Misalnya membeli pada akhir November dan awal Desember. Sudah jauh meninggalkan Desember dan Januari.

Persoalan hiasan Natal adalah penyimpanan setelah perayaan usai. Rumah makin kecil. Ada gudang pun pasti juga kecil. Menyimpan pohon Natal rakitan itu repot di pemasangan, kemudian pencopotannya sudah tak sesemangat saat merangkai. Belum lagi aneka pernik yang dipasang menyebar ke antero rumah.

Hiasan Natal tidak harus selalu baru, yang sudah lawas pun layak

Solusinya? Pilih barang yang simpel, tak mudah rusak, mudah disimpan. Kalau koleksi hiasan terlalu banyak tidak harus dimunculkan setiap tahun supaya rumah tidak jadi toko. Hiasan yang sudah dua puluh tahun usianya pun bisa dipakai ulang. Nggak bosan? Halah cuma lihat setahun sekali saja kok. Lagi pula makin ke sini tamu yang berkunjung ke rumah untuk mengucapkan selamat Natal makin sedikit.

Solusi lain, jika punya hobi hasta karya, buatlah sendiri. Sekali pakai pun tak masalah. Saya pernah memanfaatkan cabang kayu buangan di pinggir jalan, di rumah saya gantungi origami kertas emas, suatu seni yang sekarang saya sudah tidak bisa karena lupa caranya.

Hiasan Natal tidak harus selalu baru, yang sudah lawas pun layak

Kaleng kerupuk, Natal, dan identitas Indonesia

Kebetulan saat Natalan

Bunga plastik yang nggak keren tapi awet dan murah

Mal menyambut Natal tanpa tiruan pohon cemara

Granat Natal

6 Comments

srinurillaf Selasa 20 Desember 2022 ~ 09.21 Reply

Wah sudah H-5 menjelang Natal. Mas dan keluarga sedang mempersiapkannya ya. 🥰🙏

Saya gak merayakan Natal, tapi selalu suka dengan pernak pernik Natal ehehehe. Kalau ke mall dan ada dekorasi yang apik, pasti ambil foto ehehe.

Semoga lancar acaranya ya Mas 🥰🙏

Pemilik Blog Selasa 20 Desember 2022 ~ 18.56 Reply

Terima kasih Mbak Uril 🙏💐

Zam Senin 19 Desember 2022 ~ 02.12 Reply

menjelang natal tahun ini, saya amati makin jarang saya lihat penjual pohon cemara asli di Berlin. saya tak tahu apakah memang sudah sepi peminat, atau orang mulai memilih beli pohon cemara plastik yang ramah (atau justru tidak ramah) lingkungan.

atau saya memang tidak melihat saja, karena penjual pohon gini, seperti penjual kambing kurban, dadakan dan kadang tempatnya berpindah.

Pemilik Blog Senin 19 Desember 2022 ~ 10.13 Reply

Mungkin ada regulasi baru tentang penebangan pohon industrial?
Tapi sebagai dagangan musiman menarik juga kalau sama dengan kambing kurban. 🤣

junianto Minggu 18 Desember 2022 ~ 13.58 Reply

Lama buanget saya tidak dengar dan baca kata hasta karya. Kalau kata prakarya sih sering — termasuk saya pakai untuk menjuluki dua trail tua saya yang bukan orisinal dari pabrik tapi bikinan tukang las yang piawai alias builder trail tua 😁.

Pemilik Blog Minggu 18 Desember 2022 ~ 18.22 Reply

Kalau prakarya kesannya sebelum jadi karya. Saya lbh suka hasta karya. Kebetulan KBBI mengakuisisi hasta karya.

Tinggalkan Balasan