Sakndilalah, kata wong Jawa. Kau tanya via WhatsApp rahasia menulis bebas untuk blog pribadi. Ya, aku tahu maksudmu: bukan blog perusahaan atau lembaga. Tak ada rahasia. Bagiku karena aku menulis bebas maka aku bisa mengalir saja. Sering akhir cerita tak aku rancang. Bahkan belokan dan kembang cerita di bagian tengah penulisan bisa muncul begitu saja.
Aku sebut sakndilalah, karena kebetulan bloger Solo Lik Jun mengomentari hal sama pada dua tulisan, tentang gemuk dan potlot. Apa yang tebersit di benaknya saat membawa pembuka posting ternyata ada di bagian akhir kisah. Dia menyimpulkan karena kami sama-sama tua. Ada kesamaan ingatan.
Ya, ingatan. Berulang kali kukatakan, aku ngeblog untuk merawat ingatan.
Juga sakndilalah tadi sekitar pukul delapan malam aku temukan cepuk berisi sekian kunci. Wadah itu aku temukan terselip di antara wadah lain di dapur. Lalu cepuk dan kunci aku foto di atas tutup kompor gas.
Seusai aku makan, ketiga sakndilalah itu aku rangkai menjadi cerita.
Menulis bebas dan ringan untuk blog pribadi itu seperti memegang segepok kunci. Dalam alur mengalir kita membuka pintu demi pintu ruang. Ketika satu ruang kita masuki, ingatan menjadi jigsaw puzzles yang meminta keping demi keping cerita.
Dengan menulis maka aku mengasah ingatan. Tentang apa saja. Dari pengalaman masa kecil, remaja, hingga dewasa. Juga tentang hal yang pernah aku tulis di blog dan ladang lain. Dan tentu hal yang aku petik dari bacaan.
Kadang untuk nama tempat, nama barang, bahkan nama orang terutama tokoh, ada yang sulit bahkan gagal aku ingat. Maka aku ambil jeda dari aplikasi WordPress di ponsel, lalu menanya Google.
Juga kadang, sebelum menanya Google ada bohlam menyala di benakku: apa yang tadi terlupa itu mendadak teringat. Satu keping puzzle belum menempel ke dua atau tiga keping lainnya tiba-tiba sudah menempel dengan pas, terkunci dalam penyatuan ceruk dan tonjolan antarkeping. Interlocked.
2 Comments
Sebagai penikmat Gombal, saya sudah niteni bahwa banyak konten Paman bermain pada kilas balik — ingatan tentang masa kecil, ingatan tentang eks kantor, dan berbagai ingatan tentang hal-hal lain. Saya kemudian tahu “rahasianya” atau “resepnya” tapi tidak bisa melakukan untuk blog saya — kalaupun bisa pasti tidak semengalir Paman.
Hal lain, biasanya, saat saya menulis komentar (panjang) untuk konten Paman, saya membatin bahwa komentar saya itu sebenarnya bisa untuk bahan menulis konten juga.😁
Paragraf kedua dalam komentar Lik Jun ini sangatlah wigati, 🙏👍💐