Sablon manual masih ada

Sablon konvensional, secara manual bukan masinal, masih bertahan. Semoga panen order pada Pemilu 2024, bersaing dengan cetak digital.

โ–’ Lama baca < 1 menit

Bingkai saringan sablon di kedai Kunasi Bandung

Kaget saya saat akan ke peturasan kedai yang bercabang jalur dengan lorong ke dapur. Ada bingkai saringan sablon. Maklumlah pemilik kedai Kunasi adalah seorang perupa, Pramuhendra, alumnus seni rupa ITB.

Sudah lama saya tak melihat peralatan cetak saring (screen printing). Tentang teknik cetak saring, sila baca laman Inkwell dan DKV Binus. Empu popart Andy Warhol juga berkarya dengan sablon (ยฌ Andy Warhol Foundation, Sotheby’s dan Portland Art Museum).

Cetak saring sablon Andy Warhol

Dahulu saya pernah praktik sablon secara amatir, untuk iseng, belajar dari teman kuliah yang cari duit dengan menyablon. Meskipun untuk iseng, saya namai “studio” saya Bengkel Desain Aja Dumรจh. Mengerjakan aneka produk iseng atas nama seni.

Hal pertama soal bisnis yang saya pelajari adalah menolak order, terutama jika si pemesan banyak mau karena punya duit. Sebenarnya itu hanya gegayaan karena saya tak sanggup mengerjakan dengan layak. Biar miskin asal sombong. Supaya dianggap seniman harus kelihatan sulit didikte. Naif bin pongah, bukan?

Kini di tengah makin murahnya cetak digital, sablon manual, tanpa mesin, masih bertahan. Bahkan di YouTube ada panduan membuat klise untuk PCB, dari kanal Direktorat SMK Kemendikbud, dengan cara lama: pakai sinar matahari. Seperti cara saya dahulu.

Nanti dalam Pileg 2024, Pilpres 2024, dan Pilkada 2024 sablon masih diperlukan. Semoga pemesan mau membayar lunas, lebih bagus kalau di depan.

Sablon bisa diterapkan ke aneka produk, tak hanya kaus dan stiker. Batik murah juga disablon. Nah, batik yang diakui dan dimuliakan UNESCO adalah batik tulis, bukan batik printing.

Bingkai saringan sablon di kedai Kunasi Bandung

Lukisan dan batu akik, harganya terserah

Pesona ikonis pisang Warhol

Kaus-kaus berseni

Lukisan bisa mahal, akik dan tanaman juga

6 Comments

warm Jumat 25 November 2022 ~ 15.52 Reply

njenengan memang serba bisa, paman

Pemilik Blog Jumat 25 November 2022 ~ 22.36 Reply

Oh sama sekali tidak.
Banyak hal, teramat banyak, hal yang saya tidak bisa. Itulah sebabnya manusia saling melengkapi. ๐Ÿ™

Warasto Jumat 25 November 2022 ~ 09.53 Reply

Kupikir screen printing belum tergerus zaman karena metodenya masih sangat efisien. Belum lagi proses gesutnya yang satisfying

Pemilik Blog Jumat 25 November 2022 ~ 10.47 Reply

Oh menggosokkan rakel supaya tinta meresap melalui lubang screen itu waduh butuh perasaan ๐Ÿ‘๐Ÿ˜‡๐Ÿ™

srinurillaf Jumat 25 November 2022 ~ 07.47 Reply

“Biar miskin asal sombong”, “Seniman sulit didikte”. ๐Ÿ˜…

Menggelitik.

*sudah lamaaa tidak blogwalking di blog-nya Mas Antyo. Sudah banyak aja tulisannya ๐Ÿ˜Š๐Ÿ™

Pemilik Blog Jumat 25 November 2022 ~ 10.57 Reply

Terima kasih atas kunjungan dan komentar Njenengan, Mbak Uril ๐Ÿ™

Tinggalkan Balasan