Saya tertatih-tatih mengikuti gaya jurnalistik sejumlah media. Saya si usang yang harus dibarui, lapuk dikajangi.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Penjelasan mencerahkan tentang red flag dalam Tribun Pekanbaru

Seorang kawan mengirimkan artikel tentang red flag dengan pertanyaan via WhatsApp, “Ini tulisan jurnalistik ya, Mas? Kok ruwet, padahal ngomongin hal simpel? Kok ginian dilolosin? Dari judul sdh aneh.”

Ketika membaca tulisan itu, saya merasa berjalan di tengah pasar yang ramai dan tak segera sampai ke kios yang saya cari. Saya hanya bersua dengan kios-kios yang telah saya lalui dan berserobok dengan pembelanja maupun tukang angkut yang sama.

Sila Anda baca tulisan yang dipecah menjadi dua bagian itu di sini. Semoga belum disunting ulang.

Kepada teman yang bukan bekas jurnalis itu saya katakan, “Aku gak paham jurnalisme online masa kini yang dgn mudah ngaku ngikutin rezim Google.”

“Lha Google bilang mendukung jurnalisme yang berkualitas?”

Saya hanya membalas dengan emotion terbahak. Karena saya memang tak paham masalahnya. Terlalu banyak kemajuan progresif dalam media daring yang tak saya pahami, termasuk menulis artikel yang bagi saya mbulet mbundet.

Artinya saya yang bermasalah, kemampuan cerna bahasa tulis saya payah, tertinggalkan oleh laju masa. Saya harus belajar terus. Termasuk menulis. Usang dibarui, lapuk dikajangi.

Penjelasan mencerahkan tentang red flag dalam Tribun Pekanbaru

4 thoughts on “Tulisan progresif tentang red flag

      1. Itulah yang saya bilang tempo hari, penulisannys disengaja diulang-ulang wagu dan njelehi demi mesin pencari, dan terbukti “ramah Google” .

        Dan seperti saya bilang juga, saya tidak sanggup (tidak sampai hati) bikin konten seperti itu maupun mengedit konten agar jadi seperti itu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *