Halah jadul, menyerut potlot dengan penmes
Dari judul dan gambar mudah Anda terka: ini posting wong lawas. Tuwèk. Bahkan posting ini basi, karena pernah ada yang serupa. Apa? Mengetam pensil memakai penmes (istilah ini jadul, tapi ada di KBBI).
Mestinya, atau lazimnya, urusan macam ini memakai rautan alias pencil sharpener. Ujung potlot masuk ke liang berpisau lalu kita putar ke kanan. Ada juga yang model tempel di meja, liang menjepit batang, kemudian engkolnya kita putar. Model elektrik juga ada, bertenaga baterai.
Kenapa saya menulis soal pensil lagi? Karena iseng, niat itu muncul tadi saat saya menyerut pensil yang pangkalnya tertempeli setip. Ternyata kemampuan menyerut saya dengan cutter sudah turun, tak seperti saat SD hingga kuliah. Artinya, meskipun sudah tak mampu, saya tetap tegar tengkuk: tak menggunakan rautan dan enggan membeli.
Dahulu di kantor kalau malas meraut dengan cutter saya nebeng di meja sekretaris. Ada peraut berengkol.
Lho buat apa pensil? Ya menulis. Kayak anak SD. Ada masa saya memakai pensil khusus untuk menulisi permukaan kaca tetapi saya terapkan untuk menandai dan menyetujui pekerjaan di atas art paper. Pensil macam ini tidak dibungkus kayu melainkan gulungan kertas padat rapat.
Kadang orang perlu menuruti hasrat iseng dalam balutan romantisisme nostalgik. Untuk merawat ingatan dan kesadaran.
Tes tes
Bisa diterima, pesan lolos 🙏
Bongso ongotan.
Ongotan Lik Jun dulu ada cerminnya?
Ada, dong.
Buat spion ngintip apa? 🙈
Buat ngilo.😬