Smartphone berlayar gelap tetap berjasa, saya tak perlu tenggelam di perpustakaan hanya untuk tahu nama kembang.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Catharanthus roses di tepi got dalam ponsel rewel

Setelah layar ponsel saya menggunakan LCD KW Rp700.000, itu pun traktiran sahabat, karena saya tak mampu membeli LCD ori yang Rp1,75 juta, makin jelas kekurangannya.

Selain sensitivitasnya terhadap jari rendah, layar juga berubah gelap di bawah matahari. Setelan kecerlangan pol yang menguras baterai pun tak menolong. Maka saya memotretnya dengan kebatinan dan intuisi.

Saat melipir dekat got, dekat rumah, saya tertarik kepada perdu di sana. Ada bunga yang menarik, sering saya lihat di tempat lain, tetapi saya tak tahu namanya. Got yang jorok dan bau sering memiliki sisi indah, seperti bunga klitoris atau kelentityang pernah saya jumpai.

Catharanthus roses dalam ponsel rewel

Beruntung ada Google Lens. Dengan segera muncul hasil terkaan oleh kecerdasan buatan: itu bunga Catharanthus roses. Ternyata saya pernah memotretnya di pinggir kali, warnanya putih. Orang menyebutnya tapak dara.

Saya berterima kasih kasih kepada teknologi. Dengan ponsel cerdas banyak hal dapat saya lakukan. Salah satunya menggali informasi, suatu hal yang sebelum era digital harus saya lakukan dengan mendekam dalam perpustakaan kantor.

Jejak sang dara di pinggir kali

Bunga di tepi jalan dan nestapa seorang suami

Pagi jongkok

Paling banyak itu bugenvil dan kemboja

Bunga dari halaman tetangga

Si ungu dan si biru, dududu namamu itu…

2 thoughts on “Bunga di tepi got dalam layar gelap

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *