Pukul lima belas masih kurang beberapa menit, langit sedikit berawan, di luar rumah panas dan sangat terang, namun saya melihat daun ungu itu berbayang pada tembok. Artinya ada cahaya tambahan. Lebih terang. Menghasilkan kontras.
Benar, itu pantulan jendela tetangga di lantai dua. Saya senang, mulai Agustus ini sinar matahari sedikit menjamah pelataran sempit saya. Matahari, dari arah bumi, terasa mulai ke selatan, dan 23 September nanti di atas khatulistiwa, sama seperti 21 Maret, saat Matahari bergerak ke utara. Sebenarnya Matahari, dengan M kapital sebagai nama benda di angkasa raya, tak bergeser.
Saya bersyukur masih punya kepedulian ini karena alasan fungsional. Dahulu saat kuliah, dan mencuci sendiri, posisi matahari menentukan jam berapa yang nyaman untuk mencuci dekat sumur agar tetap terteduhi bayangan atap.
Sekarang posisi matahari sesuai garis edar menentukan sekali, karena jika sisa halaman depan teras diterpa sinarnya akan mudah menjemur kerupuk sampai bantal sofa. Baterai bertenaga surya untuk lampu gerbang juga terpapar langsung sinar surya. Rumah saya menghadap ke selatan.
Jika matahari di utara, lahan sempit saya tak dapat sinar langsung karena terhalang bangunan rumah saya sendiri.
Saya tak tahu apakah garis edar matahari ini juga penting bagi orang lain.
Oh maaf, saya lebay. Saat banyak orang berjemur pagi karena Covid-19 masih kencang, banyak orang mencari sinar di luar rumah. Mereka tahu posisi berjemur selama dua tahun tak tetap, apalagi jika gang membujur dari timur ke barat.
3 Comments
Barusan ke teras samping lantai dua untuk menjemur cucian, dan saya menyesuaikan tempat jemuran cucian portabel dengan garis edar Matahari. Jadi, tenanglah, bukan hanya untuk Paman saja urusan garis edar Matahari ini jadi penting.😁
Tentang 23 September dan 21 Maret, itu hal baru bagi saya yang acap ndembik pengetahuannya.
Lha itu pelajaran SMP saya dulu. Nanti ada pula ekuinoks.
BTW kalo Ostrali lagi Natalan itu ndak ada salju wong pas musim panas
👍