Dia berkuliah supaya jadi perwira. Wisuda dirinya terwujud ketika dia sudah tewas dibunuh atasannya.
↻ Lama baca 2 menit ↬

Samuel Hutabarat mewakili anaknya, Yosua, menerima ijazah dalam wisuda sarjana Universitas Terbuka

Gelar sarjana itu penting terutama di sektor pemerintahan, termasuk militer dan kepolisian, karena menyangkut karier. Maka Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J), sebagai polisi tamatan SMA, berkuliah ilmu hukum di Universitas Terbuka, melalui UPBJJ Jambi, pada 2015, tiga tahun setelah menjadi anggota Brimob di kotanya. Setelah kelak lulus sarjana, terbuka jalan Brigadir J mencapai pangkat perwira.

Tamatan Akpol setelah menjadi taruna selama empat tahun langsung menjadi inspektur dua (ipda), ini pangkat perwira terendah (→ lihat bagan dalam infografik kekompakan perwira dalam kasus Sambo). Sarjana S1 yang masuk kepolisian juga berpangkat ipda. Dalam kepangkatan lama ipda disebut letnan dua (letda).

Sedangkan tamatan SMA, setelah lolos seleksi menjadi brigadir polisi dua (bripda). Sebagai bintara terbawah, bripda itu enam tingkat di bawah ipda. Lalu dari bripda ke ipda apakah juga perlu empat tahun seperti masa sekolah taruna Akpol? Setahu saya tidak. Lebih lama.

Intinya, jenjang pendidikan formal berijazah itu penting karena bisa meringkas durasi awal perjalanan karier. Di situlah jasa Universitas Terbuka yang didirikan pada 1984: memberi kesempatan banyak orang mengembangkan diri melalui perkuliahan. Termasuk di dalamnya dalam memanjat tangga karier dan rezeki. Para perwira juga mengambil studi lanjut, ada yang sampai S3 di pelbagai perguruan tinggi.

Selasa 23 Agustus 2022 kemarin mestinya Brigadir J mengikuti wisuda sarjana strata 1, di kampus UT, Pondokcabe, Tangsel, Banten, sebagai lulusan berindeks prestasi kumuatif 3,28. Namun kita tahu dia hanya diwakii ayahnya, Samuel Hutabarat. Brigadir J sudah almarhum. Karena tewas ditembak. Pangkal masalah pembunuhan oleh atasannya, Irjen Ferdy Sambo, yang melibatkan empat tersangka lain, hingga hari wisudanya belum jelas.

Jika masih hidup, Brigadir J diwisuda saat belum genap 28 tahun, karena dia kelahiran 29 November 1994. Lama juga dia berkuliah, 2015–2022, karena disibukkan tugas kepolisian, beberapa kali diperbantukan untuk operasi lain, misalnya ke Papua. Sebagai penembak jitu (sniper) dia kerap diturunkan ke medan rawan.

Pada 2019, Brigadir J menjadi ajudan Ferdy Sambo. Terceritakan kehidupan dia bersama keluarga atasannya itu baik adanya, sampai kemudian peluru pistol menembus kepalanya, Jumat 8 Juli lalu, di rumah dinas Sambo, Jaksel.

Samuel berkata kepada wartawan pada hari wisuda kemarin, “Saya sangat cinta kepada Polri, saking cintanya kepada Polri, anak saya almarhum itu lulus murni, tanpa uang.”

Reza, anak bungsu Samuel, juga menjadi polisi, berpangkat Bripda. Dia lolos seleksi tanpa membayar. Maka sang ayah berujar, “Itu saking cintanya kami kepada polisi. Semua berkat dari Tuhan, bukan karena kekuatan kami.”

Brigadir J sudah absah sebagai sarjana. Penyerahan ijazah untuknya, melalui ayahnya, diiringi lagu Batak “Anakku Na Burju”. Anakku na burju / pagomos ma tangiang mi / tu mula jadi nabolon i. Terjemahan: Anakku yang baik / selalulah engkau berdoa / untuk menjadi yang besar.

Nama Yosua dari Alkitab Perjanjian Lama. Dia adalah satu dari dua belas pembantu Musa yang ditugasi mempelajari Kanaan, tanah yag diperjanjikan, setelah Bani Israel keluar dari perbudakan di Mesir. Sesudah Musa wafat, Yosua menggantikannya sebagai pemimpin. Yosua versi Alkitab meninggal dalam usia 110 tahun (→ Yosua 24:29).

Kembali ke wisdua Brigadir J, sejauh saya lihat hanya dua media yang memiliki fotonya dalam resolusi tinggi, yakni koran Kompas dan Antara Foto. Dari berita yang saya baca di media lain, wartawan memang tidak boleh masuk ke dalam aula wisuda.

Pagi tadi ibu saya berbagi video wisuda itu via WhatsApp. “Aku trenyuh,” Ibu menulis. Saya juga. Apapun kesalahan Brigadir J, yang belum jelas itu, tak layak dia menerima persekusi maut dari atasannya, penegak hukum yang sarjana ilmu hukum.

Sambo (49), bersama Faisal Dahlan, pernah menulis buku Diagram Undang-Undang Pemilihan: UU 1 tahun 2015; UU 8 tahun 2015; UU 10 tahun 2016 (CV Rabit 2016). Namun masyarakat kini lebih mengenal diagram Kaisar Sambo dan Konsorsium 303 yang tak jelas buatan siapa maupun kebenarannya.

Foto: Kompas.id

Lagi-lagi soal obat nyamuk Sambo

Publik meraba-raba arah cerber nasional Sambo

Sejumlah perwira polisi yang kompak

1 thought on “Wisuda Yosua, Universitas Terbuka, dan asa jadi perwira

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *