Kenapa ya lapak buku dan makanan, juga minuman, suka berslogan? Kalau lapak palu dan catut tidak.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Tiada teman yang sesetia buku. Ora ana batir kang tuhu kaya déné buku.

Sore tadi, menjelang magrib, Pak Pos mencemplungkan amplop tebal ke dalam keranjang di gerbang. Saya kira dari Telkomsel, karena warnanya merah, padahal tagihan kartu Halo sudah tak memakai kertas.

Isi amplop tersebut sebuah buku tipis. Di sini saya ceritakan tulisan pada bungkus yang ternyata bukan amplop: there is no friend as loyal as book. Tiada teman yang sesetia buku. Ora ana batir kang tuhu kaya déné buku.

Tiada teman yang sesetia buku. Ora ana batir kang tuhu kaya déné buku.

Slogan yang disebut mengutip Ernest Hemingway tersebut pernah saya dapatkan dari bungkus buku yang lain, dengan pengirim berbeda.

Tiada teman yang sesetia buku. Ora ana batir kang tuhu kaya déné buku.

Pelapak buku di lokapasar memang sering menyematkan slogan pada bungkusnya. Penjual makanan juga. Tetapi penjual palu, obeng, dan ikan hias setahu saya tidak.

Tentang buku, banyak kutipan tentangnya. Gambar luar yang saya comot ini berasal dari Keep Inspiring. Di sana ada yang menurut saya keren tetapi tidak dijadikan gambar: “′Classic′ – a book which people praise and don’t read.” Katanya sih itu dari Mark Twain. Daftar kutipan dari Twain antara lain ada di Good Reads.

Slogan tentang buku dari Cicero

Stiker slogan paling wagu karena snobbish dahulu sering saya temui tertempel pada kaca belakang mobil, pada 1990-an, dari Gramedia Pustaka Utama: I don’t drive a Ferrari but I have a home library.

Halah, kalau punya Ferrari pasti punya perpustakaan pribadi. Harga bukan masalah lagi.

Hemingway dalam bungkus paket

Jatuh cinta itu tak semudah jatuh miskin

Gombalan saat pagi mendung muram

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *