Mi goreng palu

Ponsel memberikan banyak kemudahan dalam ngeblog justru setelah dunia blogging kurang menggairahkan.

▒ Lama baca < 1 menit

Mi goreng instan dalam cup ditemani lalu untuk cover majalah Suka²

Ketika membersihkan gambar dari ponsel, saya temukan beberapa foto dan hasil olahan. Rupanya setelah saya jadikan posting tempo hari, soal masihkah kita membaca majalah dan tabloid, saya tak sempat menghapusnya.

Mi goreng instan dalam cup ditemani lalu untuk cover majalah Suka²

Saat itu, untuk ilustrasi cerita, iseng saya kambuh: ingin membuat gambar sendiri. Kalau biasanya memanfaatkan aset (foto) pihak lain — dari pustaka gratis, freemium, sampai media, dengan menyebutkan sumber — kali itu saya ingin borongan.

Untuk foto utama sampul majalah fiktif Suka² saya tinggal ambil mi mangkuk instan dan palu, tanpa konsep apapun, yang penting tidak lumrah. Lalu cover line saya buat setelah membuat layout: “Epistemolgi dan Hermeneutika Rasa Kenyang”. Saya merujuk bintang hiburan, namanya beda dari versi majalah, yang dahulu dikenal karena ucapannya yang ajaib. Konon orang pintar sering berkalimat rumit, tapi ada yang bilang orang pintar justru bisa menyederhanakan konsep yang mbulet.

Untuk tabloid fiktif Blong!, bacaan umum yang merujuk gaya new, newsy, useful(ly), saya asal comot cutter dan korek gas dari meja teras, lalu saya foto. Bidang hitam di bawah cutter saya biarkan apa adanya, itu adalah meja dengan jejak tetesan minuman dan abu. Ubin kotak-kotak memang blur. Setelah itu saya buat tata letak.

Semuanya dengan ponsel biasa. Lebih mudah namun punya kekurangan: grid objek di tangan saya bisa meleset 10 piksel lebih. Mata juru layout pasti risih. Ini seperti memasang kusen jendela dan pintu beda ketinggian, tak mengurangi kekuatan namun menganggu mata. Ah, biar saja. Misalnya teks “September 2022 No. 234”, meniru majalah luar negeri yang beredar sebelum edisi terbit, di bawah logo Suka². Margin kanan ucapan Vicky juga tak sama dengan margin atas dalam boks. Dalam tabloid Blong! gridnya juga tak rapi.

Sampul majalah Suka² dan tabloid Blong! yang tak ada di pasar

Saya senang, ponsel memberikan banyak kemudahan dalam ngeblog — memang sih justru setelah dunia blogging kurang menggairahkan. Memotret, menulis, dan lainnya, saya lakukan dalam ponsel. Tak beda dari orang bermain Facebook, Twitter, Instagram, TikTok, dan lainnya. Tema visual blog saya saat ini pun hanya nyaman dibaca di ponsel.

Koran nggak baca, lalu majalah dan tabloid juga?

Koran mati karena tak punya lagi alasan kehadiran diri

7 Comments

junianto Minggu 10 Juli 2022 ~ 12.54 Reply

Mau komen tapi bingung nulis apa, karena karya Paman di atas skoy abis semua.

Pemilik Blog Minggu 10 Juli 2022 ~ 13.57 Reply

Suwun.
Ini cuma kerjaan iseng 😇🙏

faridwong Minggu 10 Juli 2022 ~ 15.31 Reply

kerjaan iseng aja bisa ampuh gini… waarrbiyasaahhh

Pemilik Blog Minggu 10 Juli 2022 ~ 16.26

Ngécé
🧑‍🦼

junianto Minggu 10 Juli 2022 ~ 16.39

kandhyani, og, kanjeng.

Dedi Dwitagama Sabtu 9 Juli 2022 ~ 15.36 Reply

Selalu …. ciamik grafis & image nya, mangstaaaaap Pakde

Pemilik Blog Sabtu 9 Juli 2022 ~ 23.19 Reply

Suwun, Pakde Dedi. 🙏
Sebisanya, seadanya.

Tinggalkan Balasan