Tong sampah ini sudah tak utuh. Bibir dan dindingnya sobek. Meskipun sudah jebol, kecuali alasnya, si wadah merah ini masih fungsional. Awak truk sampah juga tahu, yang perlu mereka angkut hanya isi, bukan wadahnya.
Jika menyangkut keranjang jebol atau bedah, saya teringat kata yang lebih pas namun akhirnya arti konotatifnya yang lebih laku, yakni “bêjad” (Jawa) dan bahasa Indonesia menyerapnya menjadi “bejat”.
Sebutan bejat akhirnya lebih mengarah kepada akhlak. Sebagian oenutur bahasa Jawa pun mungkin sudah lupa makna denotatif bêjad.
2 Comments
Seorang kawan kerja di Surabaya, dahulu kala, suka bilang bejat untuk kerusakan sesuatu, misal “komputerku bejat”, dan biasanya langsung disambut tawa kawan-kawan lain. Karena itu tadi, sebutan bejat akhirnya lebih mengarah ke akhlak.
Yah itulah bahasa.
Makna asli bisa terlupakan.
Makian “keparat” dari kata kafir. Padahal orang beriman tidak boleh memaki ya.