Saat menunggu kasir menyelesaikan pekerjaan, mata saya terantuk kotak kecil di rak kondom. Mereknya Maxspray. Saya menduga ini semacam tisu basah pemati rasa untuk menunda ejakulasi. Ternyata bukan. Ini antiseptik.
Saya sempat memotret sebelum menyelesaikan transaksi. Hasilnya teks pada keamasan kurang tajam. Setibanya di rumah saya cari tahu spray ini. Di lapak daring banyak yang jual. Umumnya memberikan sugesti ihwal daya tahan si burung.
Tetapi saya cek di situs produsen, yakni PT Bintang Kupu Kupu dan distributornya yakni PT Pelangi Indah Lestari, serta BPOM, barang ini tidak ada. Padahal disebut nomor registrasi PKD 20501120853. Mungkin cara pencarian saya yang salah — maka tolong Anda koreksi. PKD biasa diterapkan untuk hand sanitizer produksi dalam negeri, kalau impor PKL.
Pembasuh organ intim sebenarnya lumrah, misalnya untuk perempuan. Namun jika dipakai berlebihan bisa mematikan bakteri baik (¬ Klikdokter). Hal sama saya asumsikan berlaku untuk pria. Tentu membasuhkan antiseptik pada penis bukan jaminan dapat membunuh segala jenis kuman, misalnya HIV, apalagi jika infeksi terjadi sebelum melakukan hubungan dengan pistol sudah terbasuh (¬ Alodokter).
Saya awam urusan medis. Namun membayangkan jika konsumen mengira segala jenis antiseptik bisa mencegah penularan penyakit menular seksual, oh ngeri juga. Namanya penyakit menular, maka yang kena tak hanya satu orang. Di Asia, 37 persen dari orang dewasa yang terkena HIV/AIDS adalah perempuan, sebagian dari mereka adalah ibu rumah tangga yang tertulari oleh suami (¬ Hidayati Hasanah dan Wahyu Sulistiadi, ICPH, 2019).
Soal lain, tentang gonore atau kencing nanah (gonorrhea) yang naik selama 2011—2020 di Amerika, sila lihat laman CDC, badan pemerintah AS yang mengani penyakit menular.
Antiseptik tapi dicitrakan sebagai obat kuat, agar laku dibeli pria yang perlu sugesti tentang daya tahan burung.
Maka ada pertanyaan di sejumlah rubrik konsultasi, apakah hand sanitizer aman buat menyucihamakan burung 🙈
🙈😂