Pagi ini si Tholé sudah berjalan-jalan bersama ibunya yang menggendong adik. Tentang luka sunat, kata ibunya, “Tinggal nunggu kering. Sekarang pake batok.”
Saya dan istri takjub. Batok? Lalu saya menduga pasti dari plastik, karena batok beneran berat, malah bibir batok bisa melukai. Maka saya membayangkan ketopong masker dan helm cakil untuk motocross. Memang terlihat celana kolor si Tholé menggembung tetapi tak terlalu kentara.
Kenapa kami baru tahu, begitu juga ibu lain yang ikut menyaksikan isi celana, karena kami tak punya anak laki.
Teknik sunat kian maju dan beragam, demikian pula penanganan pascasunat. Dulu hanya ada cara bersarung lalu si anak mengangkat dengan menjumput bagian sarung di depan perut untuk mencegah gesekan.
Saya pernah melihat spanduk promosi sunat kilat, dijanjikan tanpa sakit, setelah sunat si anak dapat kembali bermain. Kalau untuk pria dewasa mungkin segera dapat bermain biliar dalam arti yang benar.
Sunat itu ada saja romantikanya. Pada sebagian orang, derita datang saat tidur, dan terutama pagi hari, karena anak kecil hingga pria dewasa mengalami morning wood: burungnya mengeras, perban terasa mencekik. Tentang nocturnal penile tumescence (NPT), lihat Healthline.
2 Comments
Woooo saya juga baru tahu ada cawat batok untuk.bocah yang disupit.
Saya punya dua anak laki-laki tapi sunatnya sudah lebih dari 15 tahun silam, saat belum ungsum cawat batok. 😁
Ternyata siang banyak yang belum tahu terutama para opa dan oma 😁