Ada dua jenis sampah rumah tangga merepotkan, yaitu sampah makanan dan sampah kardus kering. Biarpun kering dan masih utuh, kardus perlu penanganan khusus. Jika menyangkut ukuran, harus dibedah lalu dilipat supaya bisa masuk kantong sampah besar. Setelah masuk kantong sampah, kardus akan bercampur sampah basah.
Saya sudah sekian waktu mencoba memisahkan kardus kering, lalu saya taruh di atas tutup bak sampah. Pasti pemulung akan mengambilnya. Kalau dus barang elektronik yang bagus, keras, kokoh, tukang rombeng yang membawa gerobak kayuh dengan senang hati mengambilnya.
Persoalan bagi pemulung berkarung adalah cara membawa barang buangan. Apabila barang terlalu besar, tetapi tidak dapat ditenteng tangan, padahal mereka merasa sayang untuk membedah dan melipatnya, kardus akan mereka tinggalkan. Untuk urusan ini saya tak punya solusi.
Solusi yang bisa saya lakukan adalah menghindarkan kardus dari siraman air selang dan hujan. Saya tak menaruh kardus sebelum menyirami tanaman pagar — atau kalau kardus belum diambil padahal saya akan menyirami, kardus akan saya amankan. Hal sama saya terapkan saat akan hujan: kardus di atas tutup bak sampah saya teduhkan. Setelah hujan selesai, dan tutup bak sampah kering, mungkin esoknya, kardus saya taruh di sana lagi. Kemarin saya lakukan lagi, membangun dus dari tutup bak sampah.
Pemulung dapat manfaat, bisa menjual kardus kering untuk didaur ulang. Saya juga, karena bak sampah tak sesak gara-gara kardus.
3 Comments
Pemulung yang biasa bekerja di lingkungan saya lebih “serakah” dibanding di lingungan Paman : mengambil sampah kardus kering, apapun wujudnya.
Lha malah bagus to?
Kardus kering bisa disetor ke pengepul buat didaur ulang.
Kardus besar yang bagus juga bisa dipakai ulang pemulung maupun orang lain, misalnya untuk alas tidur.
Iya malah bagus. Membuat keranjang sampah dan sekitarnya jadi cepat bersih dari sampah kardus, sesuai tujuan saya membuangnya.