Paling gampang itu mengeluh dan mengkritik untuk hal yang tak dipahami karena ngoceh itu gratis.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Indonesia juga punya surfer, kenapa sok menggugat?

Pagi-pagi Dodi Sulayanto kirim gambar promo lomba berselancar. Ini pesan WA kedua selama 2022. Kamso sudah menebak maunya orang sulaya satu itu, berdebat dan mengkritik apa saja, dengan arah simpulan Indonesia sulit diajak maju.

Maka sambil ngopi, Kamso cuma membalas via teks, “Selamat bertanding, atau minimal nonton. Semoga bahagia.”

Lima menit kemudian si sulaya menelepon. Basa-basi dua puluh kata, lalu sampai ke pokok soal yang sudah Kamso tebak, “Kenapa Indonesia nggak maju dalam surfing, Mas? Cuma bisa nyediain venue?”

Ogah-ogahan Kamso bilang, Indonesia punya surfer bagus. Dalam PON di Papua juga diperlombakan. Malah untuk pemulihan ekonomi akibat pandemi, Lampung dan Banyuwangi akan menggelar kejuaraan.

“Soal lainnya aku nggak tau, aku nggak paham surfing dan nggak ngikutin info. Tapi aku ingat, jagoan awal itu dulu Oka Sulaksana. Jelas, Dod?” Kamso ingin segera menutup topik.

Namun Doni menyergah, “Ini bukan soal atlet dan cabor, Mas. Tapi kenapa yang nyampe cuma fashion? Dulu orang beli kaus ama kolor surfing bajakan di Malioboro karena nggak mampu beli di Kuta. Billabong sama Ripcurl palsu dulu laku tuh.”

“Kan nggak semua orang kayak kamu, bisa sering ke Bali, dan mungkin nyoba surfing, Dod. Tapi di IG ada tuh cewek Jakarta yang suka surfing di Bali, lupa aku namanya.”

“Aku nggak sering Mas. Nyoba surfing juga belum pernah. Takut jadi item. Renang aku juga nggak bisa. Lagian kan mahal, butuh ongkos. Yang aku maksud tuh orang-orang yang punya duit dan suka flexing dari Bali kok nggak hobi surfing.”

“Terus nanti kalo kamu kaya, kamu akan menyoal kenapa Indonesia nggak punya tim bobsled padahal Jamaika bisa? Atau kenapa orang Indonesia yang bisa ski di Alpen dikit?”

¬ Gambar praolah: Shutterstock, Pemkab Banyuwangi

¬ Bukan posting berbayar maupun titipan

2 thoughts on “Kenapa orang Indonesia malas surfing?

  1. Mungkin masalahnya bukan duit, ongkos besar, tapi karena perlu keahlian.

    Dan juga mungkin orang-orang berduit yang suka flexing dari Bali itu takut jadi item kulitnya kalau surfing. Lha wong Dodi Barnas eh Dodi Sulayanto yang duitnya enggak banyak saja takut item, je.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *