Saat berlebaran di kampung halaman, Muntilan, Jateng, Anissa Hertami melunasi rindu terhadap pecel, lodeh, dan telur asin. Tetapi yang menarik bagi saya bukan itu, melainkan atribut “pemain film”.
Saya seperti menemukan sebutan yang hilang. Rasanya kita semua terbiasa dengan “aktor film”, “aktris film”, dan “artis film”. Kalau mereka memang berkelas bintang ya layak disebut “bintang film”.
Lalu benarkah “pemain film” lenyap? Ternyata tidak. Sejumlah media masih memakai istilah itu. Begitulah, setiap media punya kebijakan berbahasa, dari yang berusaha tertib sampai yang suka-suka. Dalam kebijakan itu, bisa saja sebuah media memilih tak memakai “pemain film” dengan alasan, misalnya saja, kuno, jadul, udik, ndesani.
2 Comments
Sepanjang karier jurnalistik saya (waduh, kalimatnya ndembik๐) sejak reporter hingga pensiun sebagai jurnalis kantoran, saya belum pernah nulis atribut pemain film. Paman pernah?
Seingat saya belum pernah ๐๐